Capacity Building Bagi Pemerintah Daerah (Pemda) di Makassar
Pelaksanaan kegiatan capacity building Bagi Pemerintah Daerah (Pemda) yang pertama telah dilaksanakan di Makassar pada tanggal 25 Oktober yang bertepat di Ruang Jade 2, Hotel Claro Jalan AP. Pettarani No. 3 Makassar, Sulawesi Selatan. Kegiatan dimulai tepat pukul 09.00 WIT dengan empat narasumber secara berurutan yaitu Bapak Andang Suryana Soma, S.Hut., M.Hut., Ph.D dari Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (UNHAS), Ibu Hariani Samal, S.Hut., M.Si selaku Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VII Makasar pada Sesi 1 dan 2 serta Bapak Fabian Surya Pramudya, ST., MT., Ph.D dari School of Computer Science (SoCS) Bina Nusantara University dan Bapak Wildan Ryan Irfana selaku Solution Specialist dan Bapak Wahyu Eko Adi Saputro selaku Account Manager dari PT. Esri Indonesia. Kegiatan capacity building dimoderatori oleh Dr. Ir. Edy Irwansyah, ST., M.Si., IPM., ASEAN Eng selaku Ketua Peneliti Hibah Matching Fund Kedaireka Tahun 2022. Adapun peserta yang hadir sejumlah 20 orang yang berasal dari instansi Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VII Makasar dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Jeneberang – Saddang.
Pada sesi pertama oleh Bapak Andang Suryana Soma, S.Hut., M.Hut., Ph.D, disampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan ketersediaan sistem informasi kehutanan yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan yang dikembangkan dengan sistem informasi geografis (SIG) berbasis web (WebGIS). WebGIS tersebut dapat diakses oleh publik sehingga dapat diperoleh informasi antara lain mengenai status hutan dan peruntukannya. Ketersediaan tools tersebut memungkinkan untuk digunakan oleh stakeholder terkait guna mendukung tugas, pokok dan fungsi (Tupoksi) dari masing masing instansi pengguna data. Selain itu disampaikan juga oleh narasumber mengenai penggunaan apliksi pengolah data GIS (software GIS) yang telah mengimplementasikan artificial intelligence (AI) seperti machine learning (ML) dan deep learning (DL) untuk berbagai kebutuhan analisa kehutanan dan lingkungan hidup. Selain itu juga disampaikan beberapa hal lain seperti ketersediaan data GIS maupun remote sensing yang memungkinkan analisa perubahan hutan secara time series dengan resolusi yang cukup baik sebagaimana ketersediaan data dari satelit sentinel dengan variasi resolusi untuk setiap band dari 10 hingga 60 meter. Selain itu juga telah dikembangkan aplikasi dalam lingkup kehutanan berbasis opendata cube.
Pada sesi kedua dengan narasumber Ibu Hariani Samal, S.Hut., M.Si, dipaparkan materi dengan judul “Peran Data dan Informasi Geospasial dalam Pengelolaan Kawasan Hutan di Sulawesi Selatan”. Beberapa hal yang disampaikan oleh narasumber dalam presentasinya yaitu mengenai latarbelakang, dasar hukum yang terkait dengan data geospasial kehutanan antara lain UU No 41/1999 jo UU No 19/2004 tentang kehutanan dan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta kerja dan serta Peraturan Pemerintah (PP) yaitu PP No. 22 tahun 2021 mengenai Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No 23 Tahun 2021 tengan penyelenggaraan Kehutanan dan PP no 45 Tahun 2021 tengan Penyelenggaraan Informasi Geospasial. Selanjutnya dijelaskan mengenai data dan informasi geospasial kehutanan baik berupa Informasi Geospasial Dasar (IGD) maupun Informasi Geospasial Tematik (IGT). Dalam lingkup Kementerian Kehutanan dan Lingkungan hidup (KLHK), data geospasial mencakup 10 Bidang dengan 100 IGT. Sebagian dari data geospasial (DG) tersebut baik berupa IGD maupun IGT dibangun oleh instansi Kehutanan di daerah yang dalam ini oleh BPHK Wilayah VII Makassar. Bentuk DG yang tersedia baik dalam bentuk digital maupun dalam bentuk digital dalam berbagai format digital seperti shapefile (shp.), format web service, jpeg/pdf, format tiff untuk data citra satelit/foto udara dan format digital lainnya. Pada sesi kedua ini juga diperlihatkan data mengenai penetapan kawasan hutan di Sulawesi Selatan berdasarkan SK. 362/MenLHK/Setjen/Pla.0/5/2019 yg dimutakhirkan dlm SK.6626/MenLHK-PKTL/Pla.2/10/2021 yang mencakup luas 2.509.640 Ha atau mencakup 49,43 persen dari luas keseluruhan Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu pada presentasi juga diinformasikan mengenai pendayagunaan IGT dalam penyusunan tata hutan dan RPJP, pemanfaatan hutan, penggunaan Kawasan hutan, RHL, PHKA, serta pengambilan kepusuan PPTPKH serta klarifikasi status Kawasan hutan serta ketentuan mengenai bagi pakai IGT bidang kehutanan.
Bapak Fabian Surya Pramudya, ST., MT., Ph.D dari School of Computer Science (SoCS) Bina Nusantara University menyampaikan materi pada sesi ketiga dengan topik Deforestation Analysis using CloudGIS Tools. Pada kesempatan tersebut, narasumber menyampaikan tutorial penggunaan Hands-on CloudGIS tutorial untuk memantau perubahan hutan (deforestation) khususnya untuk kondisi aktual di Daerah Sulawesi Selatan menggunakan data penginderaan jauh series waktu resolusi menengah dari Landsat 7 dan Landsat 8. Kondisi yang coba untuk dipetakan meliputi tutupan pohon/tanaman (tree cover) dimana pohon didefinisikan sebagai vegetasi yang tingginya lebih dari 5 m dan dinyatakan sebagai persentase per sel kisi keluaran sebagai ‘2000 Persen Tutupan Pohon, Forest Cover Loss atau gangguan pengganti tegakan, atau perubahan status hutan menjadi bukan hutan, selama periode 2000–2021 dan Forest Cover Gain atau kebalikan dari kehilangan, atau perubahan non-hutan menjadi hutan seluruhnya dalam periode 2000–2012
Sesi keempat diisi oleh narasumber dari mitra peneliti yaitu dari PT. Esri Indonesia yang disampaikan oleh Wildan Ryan Irfana selaku Solution Specialist dan Bapak Wahyu Eko Adi Saputro dengan topik Location Analytics for Precision Agriculture & Plantation. Beberapa hal yang disampaikan meliputi GIS Is Increasingly Becoming Interconnected, Three Fundamental Systems, Integrating Every Type and Format of Data, ArcGIS Platform, Environmental Monitoring and Assessment, GIS Application for Natural Resources Management, Drone mapping for Field Operations & Data Collection, Imagery and Remote SensingArcGIS is a comprehensive imagery platform and application, Imagery in Plantation, Drone Mapping Planning, Managing, Collecting and Processing, Applications of Deep Learning to GIS, GeoAIUtilization for Various Purposes, Object Detection, Instance Segmentation, Land Cover, Change Detection and Land Use Change Detection.
Pada akhir setiap sesi, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab dari peserta dan narasumber serta sesi konfirmasi dari peneliti yang terlibat kepada narasumber maupun peserta. Konfirmasi dari peneliti pada kegiatan capacity building ini diperlukan karena narasumber dari Instansi daerah dan UNHAS memiliki informasi empiris dan data lapangan mengenai kondisi hutan dan perubahannya khususnya di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan berakhir pada pukul 16.30 WIT dan berlangsung dengan baik dan lancar serta diharapkan tujuan utama dari kegiatan tersebut dapat tercapai.