Webinar Green Economy: “Information Technology and Geospatial on Carbon Counting and Trading” dan RIG Launching: “Artificial Intelligence in Geospatial and Economics (Geo-Eco AI)”
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan hibah kedaireka tahun 2022, Geo-AI Research and Innovation Lab bersama dengan School of Computer Science (SoCS) Bina Nusantara University mengadakan kegiatan webinar dengan topik “Information Technology and Geospatial on Carbon Counting and Trading” bersamaan dengan launching Research Interest Group (RIG) Artificial Intelligence in Geospatial and Economics (Geo-Eco AI) di Bina Nusantara University.
Webinar dan acara launching dilaksanakan secara daring pada hari Sabtu, 12 November 2022 pukul 09.00 – 12.00 WIB. Acara ini dibuka oleh Prof. Dr. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D selaku Vice Rector of Research and Technology Transfer, Bina Nusantara University dan Dr. Fredy Purnomo, S.Kom., M.Kom selaku Dean of School of Computer Science, Bina Nusantara University
Acara dilanjutkan dengan pemutaran video launching Research Interest Group (RIG) Artificial Intelligence in Geospatial and Economics (Geo-Eco AI) dengan menunjukkan visi, misi, maupun program penelitian yang sudah dan akan berjalan. RIG ini diharapkan mampu menjadi salah satu upaya Bina Nusantara University untuk berkiprah di dalam memanfaatkan informasi geospasial dan ekonomi dalam konteks Green Economy.
Narasumber pertama, Bapak Agni Alam Awirya, merupakan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua yang sekaligus merupakan Kepala Tim Perumus Kelompok Perumusan Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Papua. Beliau membawakan materi bertajuk Ekonomi Hijau sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru di Papua. Dalam materinya, beliau menyampaikan pre-kondisi, kondisi saat ini, dan tantangan serta potensi ekonomi di masa yang akan datang yang dimiliki oleh Propinsi Papua. Terlebih dengan mekarnya Propinsi ini menjadi 3 propinsi, konteks pengembangan ekonomi akan semakin spesifik mengarah pada perkembangan ekonomi yang terlokalisasi dengan kontek masyarakat adat. Diharapkan potensi yang dimiliki oleh perdagangan karbon ini mampu memberikan sumbangsih berupa nilai ekonomi pada propinsi Papua dalam periode kedepan.
Narasumber kedua, Yohanes Budi Sulistioadi, Ph.D, merupakan Assistant Professor di Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman (UNMUL). Beliau merupakan Pengajar dan peneliti di bidang Geodesi, Hidrologi, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG dengan minat penelitian termasuk ekosistem mangrove, pemanfaatan drone hingga penyusunan infrastruktur informasi geospasial. Beliau merupakan koordinator dari Pusat Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial (PPIIG) UNMUL yang ikut serta secara langsung dalam penghitungan stok karbon di wilayah Kalimantan Timur, dimana Provinsi Kalimantan Timur berhasil memperoleh biaya sekitar Rp. 2 triliun kompensasi melalui Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPC). Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan topik presentaasi berupa : Peran Informasi geospasial dalam perhitungan karbon
Narasumber ketiga, Dr. Richard Win Putra, merupakan pengajar dan peneliti di School of Information Systems, Bina Nusantara University. Saat ini, beliau menjabat sebagai Head of Business Analytics Program di School of Information Systems. Dr. Richard aktif sebagai technical consultant dalam bidang Blockchain Technology di beberapa perusahaan. Selain itu, beliaujuga berpartisipasi sebagai Working Group Chair di IEEE Standards Association Project terkait Security Tokens. Dr. Richard memiliki sertifikasi certified blockchain expert dari blockchain council serta menulis beberapa academic paper dalam bidang blockchain. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan narasi tentang peluang dan aplikasi Teknologi Blockchain untuk Perdagangan Karbon. Disampaikan bahwa Teknologi Blockchain melalui smart contract dan tokenisasi carcon credit, akan mampu mempercepat dan mengeskalasi perdagangan karbon di Indonesia. Adapun masih dalam tahap prototipe, tokenisasi karbon sudah bukan merupakan hal yang baru, dikarenakan saat ini pun sudah diaplikasikan secara luas, meskipun masih bnayak kekurangan dalam verifikasi dan standarisasi carbon kredit itu sendiri yang menjadi landasan daripada smart contract maupun asset digital berupa carbon token.
Acara ini dilanjutkan dengan sesi diskusi yang di moderatori oleh Fabian Surya Pramudya, PhD. Diskusi ini banyak membahas tentang bagaimana ketiga perspektif ini mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh terkait dengan kebutuhan masyarakat, potensi, aplikasi, dan prestasi yang telah ada, dan teknologi yang mungkin dapat mempercepat proses estimasi, verifikasi, dan perdagangan karbon di Indonesia. Ditutup dengan closing remark dari seluruh narasumber, acara ini dihadiri oleh setidaknya 200 peserta dari berbagai latar belakang, seperti pemerintahan, akademisi, maupun industri.