People Innovation Excellence

Self-Determination Theory – Membongkar Alasan yang Membuat Orang Ketagihan Bermain Game

Source: Pexels

Seiring berkembangnya industri game modern, semakin jelas bahwa alasan seseorang bermain game tidak lagi sesederhana “hiburan” atau “pengisi waktu luang.” Banyak pemain menghabiskan berjam-jam dalam permainan bukan hanya karena visual yang memukau atau hadiah yang menarik, melainkan karena game tersebut mampu memenuhi kebutuhan psikologis terdalam mereka. Salah satu teori yang menjelaskan fenomena ini dengan sangat baik adalah Self-Determination Theory (SDT) sebuah kerangka psikologi motivasi yang menjelaskan mengapa dan bagaimana seseorang terdorong untuk bertindak secara intrinsik.

Source: https://ipen-network.com/self-determination-theory-in-an-educational-context/

Apa Itu Self-Determination Theory?

Self-Determination Theory (SDT) adalah teori motivasi yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan, dua psikolog yang menekankan bahwa manusia secara alami terdorong untuk tumbuh, belajar, dan berinteraksi dengan lingkungan ketika tiga kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Teori ini berfokus pada motivasi intrinsik, yaitu dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang bukan karena hadiah eksternal seperti poin, uang, atau peringkat, tetapi karena kepuasan yang didapat dari melakukan sesuatu itu sendiri.

Dalam konteks pengembangan game, SDT menjadi kunci untuk memahami mengapa pemain bisa merasa tertarik, terlibat, dan bahkan ketagihan dalam permainan. Game yang baik bukan hanya menawarkan kemenangan, tetapi juga memberikan ruang bagi pemain untuk merasakan kebebasan, kompetensi, dan koneksi sosial yang relevan dengan kehidupan nyata.

Komponen Utama SDT

Dalam menelusuri SDT, terdapat tiga komponen utama yang perlu diperhatikan ketika mengembangkan game, yakni sebagai berikut:

1. Autonomy (Otonomi)

Otonomi mengacu pada rasa kebebasan dan kendali pribadi atas tindakan yang dilakukan. Dalam permainan, otonomi tercermin dari kemampuan pemain untuk membuat keputusan sendiri seperti memilih karakter, menentukan strategi, menjelajahi dunia sesuai keinginan, atau menyesuaikan gaya bermain. Ketika pemain merasa memiliki kebebasan untuk memilih, mereka cenderung lebih menikmati permainan dan merasa terlibat secara emosional. Contohnya, dalam game berbasis open world seperti Genshin Impact atau Minecraft, pemain tidak dipaksa mengikuti satu jalan cerita saja. Mereka bisa menjelajah, melakukan misi sampingan, atau bahkan sekadar menikmati pemandangan dunia virtual. Hal ini membuat para pemain merasa bahwa pengalaman bermain benar-benar milik mereka.

2. Competence (Kompetensi)

Kompetensi adalah perasaan mampu dan berdaya dalam menghadapi tantangan. Dalam game, kebutuhan ini terpenuhi ketika pemain berhasil menyelesaikan misi sulit, menguasai mekanik baru, atau meningkatkan kemampuan karakter mereka. Rasa pencapaian ini memberikan kepuasan yang mendalam dan mendorong pemain untuk terus berkembang. Game seperti Mobile Legends atau Honor of Kings sangat kuat dalam aspek ini, karena mereka menantang pemain untuk terus meningkatkan skill, memahami meta permainan, dan mencapai peringkat yang lebih tinggi. Setiap kemenangan bukan hanya soal angka, tetapi juga bukti bahwa kemampuan pemain telah berkembang.

3. Relatedness (Keterhubungan)

Keterhubungan merujuk pada rasa memiliki dan terhubung dengan orang lain. Dalam konteks game, hal ini dapat muncul melalui kerja sama tim, komunikasi dalam komunitas, atau bahkan hubungan sosial yang terbentuk antar pemain. Ketika pemain merasa diterima dan dihargai dalam komunitas gaming, motivasi mereka untuk terus bermain akan semakin kuat. Fitur seperti guild, co-op mode, atau community chat memainkan peran besar dalam memenuhi kebutuhan ini. Misalnya, dalam Mobile Legends atau Honkai: Star Rail, pemain sering menjalin kerja sama dan membentuk kelompok dengan tujuan yang sama. Hal ini menciptakan pengalaman sosial yang memperkuat keterikatan terhadap game.

Selain Self-Determination Theory, terdapat banyak sekali teori yang dapat diterapkan untuk mengenali karakteristik pemain. Salah satu di antaranya adalah Flow Theory yang berfokus pada hal-hal yang membuat pemain merasa immersed seiring memainkan game. Teori-teori lainnya juga menjadi bagian dalam Game Design dan Serious Game & Gamification yang merupakan beberapa mata kuliah penting pada program Game Application & Technology di BINUS.

Source :https://duniagames.co.id/discover/article/honkai-star-rail-vs-genshin-impact , https://duniagames.co.id/discover/article/perbandingan-honor-of-kings-dan-mobile-legends/en

Contoh Penerapan SDT dalam Game

  1. Genshin Impact memberikan kebebasan penuh kepada pemain untuk menjelajahi dunia open world Teyvat (autonomy), menaklukkan domain serta bos dengan strategi tertentu (competence), dan berinteraksi dalam co-op mode bersama teman (relatedness). Semua aspek ini bekerja bersama untuk menciptakan pengalaman bermain yang mendalam.
  2. Minecraft memberikan para pemain kebebasan dalam menciptakan dunia mereka sendiri (autonomy), melihat hasil kerja keras mereka terwujud dalam bentuk bangunan dan sistem kompleks meningkatkan rasa percaya diri (competence), sementara multiplayer mode memberi ruang untuk kolaborasi dan kebersamaan (relatedness).
  3. Mobile Legends, Honor of Kings, atau permainan kompetitif sejenisnya menantang kemampuan dan refleks pemain (competence), memungkinkan kerja sama tim dan komunikasi intens (relatedness), serta memberi kebebasan memilih hero dan gaya bermain yang diinginkan (autonomy). Kombinasi ketiganya membuat pemain merasa terlibat secara emosional sekaligus tertantang untuk terus berkembang.

Dengan memenuhi kebutuhan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan ini, game mampu menciptakan pengalaman yang bukan hanya menyenangkan tetapi juga secara psikologis memuaskan. Inilah alasan mengapa banyak pemain merasa “tidak bisa berhenti bermain” bukan karena candu semata, melainkan karena game tersebut menyentuh aspek motivasi terdalam manusia.

Kenapa SDT Penting untuk Game Designer?

Bagi para pengembang game, Self-Determination Theory bukan sekadar teori akademik, tetapi juga panduan praktis untuk menciptakan pengalaman bermain yang bermakna dan bertahan lama. Dengan memahami cara kerja motivasi intrinsik, developer bisa merancang mekanisme yang membuat pemain merasa puas bukan hanya karena menang, tetapi karena berproses dan tumbuh di dalam permainan.

Beberapa prinsip yang dapat diterapkan antara lain:

  • Memberikan Kebebasan Pilihan (Autonomy)
    Izinkan pemain menentukan jalannya sendiri baik melalui sistem open quest, pemilihan karakter, atau gaya permainan. Game yang menghargai pilihan pemain akan terasa lebih pribadi dan imersif.
  • Menyediakan Tantangan yang Seimbang (Competence)
    Tantangan harus dirancang agar tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Tingkat kesulitan yang seimbang memungkinkan pemain merasakan pertumbuhan kemampuan mereka, yang menjadi sumber motivasi jangka panjang.
  • Menghadirkan Interaksi Sosial (Relatedness)
    Elemen sosial seperti sistem party, clan, atau guild membuat pemain merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Keterhubungan ini menciptakan loyalitas dan memperpanjang umur game.

Dengan mengintegrasikan tiga aspek SDT ke dalam desain game, pengembang tidak hanya menciptakan permainan yang seru, tetapi juga pengalaman yang memuaskan secara emosional, sosial, dan psikologis. Hal ini pula yang membedakan game yang “menarik sesaat” dengan game yang mampu bertahan dan memiliki komunitas aktif selama bertahun-tahun.

Kesimpulan

Self-Determination Theory memberikan pemahaman mendalam tentang motif intrinsik di balik keterikatan pemain terhadap game. Ketika sebuah game berhasil memenuhi kebutuhan autonomy, competence, dan relatedness, pengalaman bermain menjadi lebih dari sekadar hiburan saja, ia berubah menjadi ruang bagi pertumbuhan, eksplorasi, dan koneksi sosial.

Bagi gamer, teori ini menjelaskan mengapa mereka merasa betah dan bersemangat bermain game tertentu. Sementara bagi pengembang, SDT memberikan arah bagaimana menciptakan game yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga bermakna dan tahan lama. Pada akhirnya, teori ini membantu kita melihat bahwa game adalah medium psikologis yang kompleks, tempat di mana manusia mencari makna, tantangan, dan kebersamaan.

 

Penulis

Riccardo Ardell Vinsensius – Mahasiswa Game Application & Technology
Chandra Saputra – Mahasiswa Game Application & Technology
Galih Dea Pratama, S.Kom., M.Kom. – Dosen Game Application & Technology

Referensi

Game Developer. (2021). A Quick Breakdown of Self-Determination Theory.
https://www.gamedeveloper.com/design/a-quick-breakdown-of-self-determination-theory

Digital Thriving Playbook. (2023). Self-Determination Theory for Multiplayer Games.
https://digitalthrivingplaybook.org/big-idea/self-determination-theory-for-multiplayer-games

Ballou, N. (2022). Self-Determination Theory in Video Games: Misconceptions about Basic Psychological Needs.
https://nickballou.com/blog/sdt-in-video-games-basic-needs-misunderstandings/

 

 

Last updated :

SHARE THIS