Google Student Ambassador Summit, yang dilaksanakan di Singapura pada tanggal 10-12 Juli 2012 kemarin, adalah salah satu pengalaman paling mengesankan yang mungkin bisa terjadi pada seorang mahasiswa. Enam mahasiswa dari Binus University mendapatkan kehormatan untuk diundang ke dalam acara yang bukan saja mengundang mahasiswa-mahasiswa Indonesia lainnya, tetapi juga dari empat negara lain; Thailand, Singapore, Malaysia, dan Filipina. Para calon Google Student Ambassador (GSA) diharuskan berangkat sendiri dari bandara yang terdekat dengan rumah mereka masing-masing, dan kemudian dijemput oleh peyelenggara GSA Summit ini di Changi Airport.

Berfokus pada pengalaman yang didapatkan oleh para mahasiswa dari Binus University ini, pesawat lepas landas pada jam 7.35 pagi, dan mendarat di bandara internasional Changi pada jam 10.00. Di sana, kami harus menunggu kedatangan teman-teman baru kami dari Malaysia dan Filipina, sebelum berangkat menuju hotel menggunakan bus yang sudah disediakan oleh Google. Tentu saja, GSA dari negara lain seperti Thailand juga akan datang dalam penerbangan yang berbeda, sehingga bus yang mengangkut para GSA ini dibagi menjadi dua gelombang.

Sesampainya di Grand Copthorne Hotel Waterfront yang terletak di area Clarke Quay, kami segera mendapatkan kunci kamar dan segera naik ke kamar bersama roommate kami masing-masing. Kami tidak memiliki banyak waktu untuk mengeksplorasi hotel, sehingga kebanyakan dari kami hanya sempat berganti pakaian atau mencuci muka saja.

Di lobi hotel, penampilan para GSA sungguh mengesankan. Google memang sudah menuliskan bahwa para GSA diharuskan mengenakan pakaian tradisional dari negara mereka masing-masing, sehingga selain perkenalan, GSA juga saling mengagumi kebudayaan dari negara-negara tetangga mereka yang sangat indah. Para GSA dari Indonesia sendiri banyak yang mengenakan batik atau kebaya. Beberapa bahkan mencampurkan gaya tradisional ini dengan busana modern, sehingga mengundang rasa penasaran dan kagum dari GSA lainnya.

Kemudian, masuk ke acara utama dari GSA Summit kali ini, para mahasiswa pilihan dari negara ASEAN yang berjumlah 120 orang ini diberikan kesempatan untuk masuk, menjelajahi, dan berfoto-foto di dalam kantor Google itu sendiri. Tidak mengherankan melihat antusiasme dari anak-anak yang ada, sebab kantor Google sama sekali berbeda dengan konsep kantor umunya. Dekorasi yang mengingatkan kita akan taman kanak-kanak dan interior rumah alih-alih perkantoran, misalnya, adalah salah satu dari sekian banyak keunikan yang bisa dicatat dari kunjungan GSA ke Google Headquarter ini. Tidak lupa juga Google menyediakan pantry yang berisikan makanan dan minuman yang boleh diambil sepuasnya oleh para GSA, dan sebuah aula tempat berkumpul yang merupakan tempat sebagian besar acara akan diselenggarakan.

Karena belum semua GSA hadir, kami–Binusian yang ada–menggunakan kesempatan itu untuk lebih banyak berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa dari universitas lain, seperti Universitas Indonesia, IT Telkom, Universitas Padjajaran, dan lebih banyak lagi. Tentu saja, bukan hanya mahasiswa dari Indonesia, kami juga merambah pergaulan kami ke GSA dari Singapura, yang kebetulan berperan sebagai panitia dalam GSA Summit ini. Dari perkenalan ini kami mendapatkan pengetahuan lebih tentang bagaimana dunia edukasi dan profesional bekerja di negara asing serta tips-tips apa yang mungkin bisa dibagi oleh GSA Singapura (yang sebagian besar lebih senior daripada GSA Indonesia, karena usianya yang sudah tua) sehingga bisa menempuh karir yang sukses di kancah dunia kerja di masa depan.

Setelah semua GSA hadir dan berkumpul, Minty Cai, selaku salah satu individu yang paling banyak berperan dalam menyelenggarakan program Google Student Ambassador South East Asia, memberikan kata sambutan dan perkenalan diri. Beliau ternyata merupakan sosok di balik e-mail yang diterima oleh para GSA, sekaligus berperan sebagai orang yang menyambut setiap surat yang masuk dan berkorespondensi dengan para GSA semenjak kami masih merupakan kandidat.

Setelah acara dimulai, kami langsung bisa merasakan bahwa apa yang akan kami jalani sebanyak tiga hari ke depan sedikit banyak akan bertumpu pada rundown acara yang sudah diedarkan sebelumnya. Manajemen waktu yang ada sangat akurat sehingga setiap kegiatan yang dicanangkan dapat terlaksana. Materi hari pertama sendiri berpusat pada peranan GSA di kampus mereka masing-masing, dan pengenalan konsep dan etos kerja Google itu sendiri. Setiap GSA diharapkan bisa menjadi penghubung antara Google dan universitas mereka, karena sebagai mahasiswa mereka tentunya bisa mengerti kultur dan peraturan-peraturan universitas mereka dengan lebih baik.

Pada saat break, semua calon GSA diberikan sebuah Android device untuk membuat ‘Androidify’ mereka sendiri. Androidify adalah sebuah aplikasi yang berfungsi untuk membuat sebuah avatar diri sendiri yang berbentuk mirip dengan maskot Android. Di dalam aplikasi itu, kita bisa menambahkan baju, celana, berganti model rambut, dan masih banyak lagi fitur-fiturnya. Panitia penyelenggara GSA Summit memastikan bahwa setiap anak sudah membuat sendiri Android mereka, dan kemudian meng-upload hasil karya anak-anak ke internet.

Tentu saja tidak ada yang lebih mengesankan daripada makan malam di dalam kantor Google. Berkotak-kotak pizza, berbotol-botol minuman dingin, dan bermacam-macam makanan yang menggugah selera ini dihidangkan gratis pada saat jam makan malam. Ada juga sebuah stand gelato yang menyediakan es krim untuk para GSA. Makan malam yang sangat spesial itu dilaksanakan tepat di atas aula, yang juga masih merupakan kantor Google, namun dengan konsep desain salad bar dan kitchen terbuka yang tertata dengan sangat menarik.

Setelah perut kenyang dan piring-piring dirapikan, Minty, selaku penyelenggara, mempresentasikan sebuah ‘pekerjaan rumah’ bagi para GSA yang ada. Kami diminta membentuk sebuah grup beranggotakan maksimal dua belas orang, dan harus memiliki anggota dari kelima negara yang ada. Hal ini diperlukan karena kami harus mempresentasikan hasil kerja kelompok kami pada hari ketiga, yang berisikan rencana membuat dua event, yaitu satu event kecil dan satu event yang besar. Di sini, kemampuan kami bekerja dalam tekanan sangat diuji, karena bukan hanya tidak ada waktu untuk mengerjakan tugas ini di siang hari, tetapi juga karena kebanyakan dari kami sudah terlalu lelah untuk bisa berpikir dengan jernih di malam hari. Tentu saja, kami diiming-imingi dengan hadiah bagi kelompok yang memberikan ide presentasi terbagus, dan itu bisa dibilang merupakan salah satu hal yang memotivasi kami untuk memberikan yang terbaik.

Setelah acara makan malam yang menyenangkan itu, kami akhirnya kembali ke hotel. Banyak yang memutuskan untuk keluar berjalan-jalan, ada juga yang langsung berkumpul di lobi hotel untuk membahas tugas kelompok. Namun, sebagian besar langsung masuk ke kamar dan beristirahat, karena memang sepanjang hari kami sudah mengikuti serangkaian acara yang sangat melelahkan. Anak-anak GSA yang keluar dari hotel tentu saja sudah diberikan peringatan untuk tidak melakukan tindakan yang tidak bijak, seperti mengonsumsi minuman keras atau pergi terlalu jauh dari wilayah hotel.

Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi sekali untuk mendapatkan sarapan kami. Beberapa kelompok bahkan bangun lebih pagi lagi karena mereka tidak sempat membahas tugas presentasi mereka kemarin malam. Untuk hari kedua ini, kami diwajibkan mengenakan T-shirt Google Student Ambassador yang sudah dibagikan sehari sebelumnya, sehingga suasana hotel pagi itu sangat ramai dan dipenuhi oleh rombongan orang-orang yang mengenakan pakaian yang sama.

Jam sembilan lewat lima belas tepat, kami sudah berada di dalam bus. Di hari kedua ini kami juga akan menghabiskan sebagian besar waktu di dalam kantor Google, tapi kami sama sekali tidak protes. Siapa yang bisa bosan kalau dikelilingi oleh suasana kantor yang sangat bersahabat? Malah, kebanyakan GSA tampak menantikan acara hari itu dengan sangat bersemangat.

Di kantor, kami mendapatkan lebih banyak pengetahuan karena Google membahas tentang produk-produk mereka; fungsionalitasnya, tujuannya, dan implementasinya yang mungkin bisa diterapkan di lingkungan universitas. Kami bahkan diberikan Chromebook untuk kami coba operasikan. Chromebook, yang merupakan sebuah laptop berbasis sistem operasi Chrome OS, menggunakan internet dan layanan cloud computing secara penuh untuk pengoperasiannya, yang berarti tidak ada lagi harddisk, karena semua data disimpan di dalam internet. Karena sebagian besar negara di Asia Tenggara masih belum memiliki jaringan internet yang mumpuni untuk mendukung produk itu, tentu saja itu adalah pengalaman pertama kami benar-benar memegang sebuah Chromebook; sebuah kejutan manis sekaligus kehormatan besar bagi kami.

Setelah makan siang, kami juga belajar tentang bagaimana Google Maps bekerja, bagaimana seorang user bisa membantu menyumbangkan keahliannya membuat peta menggunakan Google Map Maker, dan juga beberapa hal menarik lainnya seperti fungsi Google+ yang seringkali dilewatkan oleh orang-orang, dan juga internet browser Google Chrome yang perkembangannya sangat pesat sehingga digunakan oleh banyak sekali orang di seluruh dunia. Kami juga banyak diberikan pengetahuan baru tentang produk-produk Google yang baru, seperti Google Drive, dan bahkan produk yang sama sekali belum pernah kami ketahui sebelumnya.

Hari kedua adalah hari yang sangat spesial bagi kami semua. Kenapa? Bukan hanya karena presentasi yang sangat menarik dan berwawasan dari pembicara Google, tentunya. Panitia penyelenggara acara yang sangat baik juga memberikan kami kesempatan untuk pergi mengelilingi kota Singapura dengan Singapore River Cruise. Di sore hari yang sangat sejuk, kami digiring menuju perahu-perahu cruise berukuran sedang, dan kemudian dibawa mengelilingi keindahan kota Singapura sambil saling mengobrol, bercanda, dan bertukar wawasan. River Cruise ini melewati daerah-daerah penting di Singapura seperti Marina Bay, patung Merlion, dan masih banyak lagi.

Seolah belum cukup dengan semua itu, kami juga diberikan kesempatan emas makan malam di sebuah restoran mewah yang menyediakan makanan-makanan Eropa dan Mediterania. Sungguh cara yang sempurna untuk mengakhiri acara di hari kedua. Kami berpesta seolah tidak ada habisnya dan seolah merayakan pertemuan di antara kami semua dengan duduk berdekatan–bukannya berjauhan seperti pertama kali bertemu–dan menyantap hidangan sambil tenggelam dalam kebersamaan.

Sepulangnya kami di hotel, sebagian besar calon GSA yang ada langsung berkumpul lagi untuk membahas presentasi yang akan mereka bawakan keesokan harinya. Beberapa berkumpul di lobi hotel, beberapa berjalan sedikit jauh menuju beragam tempat di luar hotel, tapi juga ada yang berdiskusi di dalam kamar salah seorang anggota kelompok mereka. Kami semua memang sangat lelah, namun itu tidak menghentikan kami untuk terus memeras otak demi melahirkan ide yang sensasional. Dedikasi dan keteguhan kami terlihat dari betapa beberapa kelompok sibuk membahas tugas mereka sampai jam 3 pagi.

Keesokan harinya, setelah sarapan dan menahan kantuk, kami semua kembali dibawa ke dalam kantor Google. Sedikit sedih, sebenarnya, karena kami tahu kami sudah harus pulang sebentar lagi, dan kami tidak memiliki cukup waktu untuk saling berkenalan, apalagi menghafal semua nama-nama yang ada. Ada sebuah presentasi lagi mengenai Youtube, yang didengarkan oleh kami dengan sangat antusias. Kami menyadari bahwa Youtube adalah search engine nomor dua yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, persis di bawah Google Search itu sendiri.

Tapi tentu saja, acara utama pada hari ketiga adalah presentasi per kelompok yang dibawakan oleh para GSA ini. Presentasi dan ide acara kami akan ditonton dan dinilai oleh tiga orang yang pernah bekerja di Google Main Headquarter, dan itu jelas membuat kami sangat gugup. Kami harus memastikan bahwa kami memberikan yang terbaik dan tidak ada ruang untuk kesalahan sama sekali.

Banyak sekali ide-ide yang menarik dan realistis, tapi juga banyak ide yang sangat bombastis dan membuat para juri memuji kelompok-kelompok tersebut dengan sangat tulus. Nampaknya, kerja keras kami selama dua malam itu sepenuhnya terbayar, sebab tidak ada satu pun presentasi kelompok yang mendapatkan sambutan negatif dari para juri maupun rekan-rekan GSA lainnya. Di akhir acara, para juri mengumumkan pemenangnya; sebuah kelompok yang memberikan presentasi paling menarik di mata mereka. Tiga dari enam orang GSA Binus University mendapatkan kehormatan sebagai anggota dari kelompok pemenang. Mereka adalah Vivi Siska, Janet Valentina, dan Cassandra Liem yang masing-masing mendapatkan goodie bag dari Google berisikan banyak sekali merchandise yang menarik.

Setelah semua acara selesai, kami semua resmi menjadi GSA, dan alangkah terkejutnya kami, ketika para panitia membagikan sebuah kartu id/tanda pengenal untuk setiap GSA yang ada, dan di atasnya ternyata tergambar Android yang kami desain di hari pertama menggunakan aplikasi Androidify! Sungguh merupakan cara yang manis untuk menambahkan rasa kepemilikan pada kartu pengenal tersebut. Kami semua merasa sangat terkejut sekaligus senang, dan itu ditunjukkan oleh antusiasme yang sangat besar untuk berfoto-foto. Entah berapa ribu foto yang diambil di dalam ruangan aula itu, karena di setiap sudut, setiap detiknya, selalu ada dua atau tiga kamera yang sedang menangkap gambar di hadapannya.

Acara GSA Summit benar-benar diakhiri dengan sebuah foto terakhir; kami dijejerkan di tengah-tengah ruangan, dan kemudian difoto oleh kamera-kamera yang ada. Kemudian, beberapa GSA yang jadwal penerbangan pesawatnya sudah dekat akhirnya mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kepada panitia yang menyelenggarakan, terutama untuk Minty selaku koresponden yang selama ini diwakilkan oleh tulisan-tulisan dalam e-mailnya, dan Tinaga Angkasa, selaku event organizer yang mengatur, menjaga, dan mengantar GSA dari bandara internasional Changi menuju hotel, kemudian menuju kantor.

Bagi para GSA yang jadwal penerbangannya sore atau pun malam, kami diberikan kesempatan untuk berbelanja di bandara, sebelum akhirnya pesawat membawa kami pulang ke negara masing-masing. Meskipun sedikit sedih karena harus berpisah dengan pengalaman yang sangat mengesankan ini, kami juga sadar bahwa kami akan mengemban peranan yang sangat penting setelah ini; kami akan membawa nama Google ke universitas kami masing-masing, dan mewakilkan suara universitas kami kepada Google untuk satu tahun ke depan.

Terima kasih, Google, untuk sebuah pengalaman yang tidak mungkin akan pernah kami lupakan seumur hidup ini.

 Join segera dengan Google Plus+ School of Computer Science : socsbinus@gmail.com