Ketika kita berbicara mengenai ‘hacking’, maka ada banyak sekali praduga yang akan muncul di kepala kita. Misalnya saja, kata tersebut bisa kita kaitkan dengan kejahatan-kejahatan cyber (Cyber Crime) yang tengah marak disorot oleh media akhir-akhir ini.

Pemalsuan kartu kredit dan identitas melalui internet, pembajakan saluran telepon video, bahkan sampai penyelundupan dan penggalian data secara ilegal, hanyalah sedikit contoh pemikiran orang-orang awam mengenai orang yang melakukan tindakan ‘hacking’, yakni hacker.

Meskipun pendapat ini tidak sepenuhnya salah, Cyber Security Community Binus University terlahir untuk mematahkan prasangka tersebut. Tidak semua hacker itu buruk. Tidak semua hacking itu ditujukan untuk perbuatan jahat. Yang menentukan apakah seorang hacker bisa menjadi baik atau buruk, hanyalah proses pembelajaran yang didapatkan olehnya.

Berangkat dari keinginan pihak jurusan yang melihat potensi dalam bidang ini, Doni Nathaniel Pranama (Binusian 2014) diundang untuk menghadiri sebuah diskusi tertutup, di mana ide untuk memunculkan sebuah komunitas yang menjadi wadah para hacker terbentuk. Setelah diskusi lebih lanjut, perekrutan tim pengurus inti, dan berlusin-lusin rapat keorganisasian, akhirnya CSC Binus resmi diluncurkan kepada publik pada hari Senin, 15 April 2013 kemarin.

Acara dimulai dengan kata sambutan dari Bapak Fredy Purnomo selaku Dekan jurusan School of Computer Science. Menyusul setelahnya kata sambutan dari Doni, acting chairman CSC, dan Bapak Andreas Chang selaku Wakil Rektor 3 Binus University, juga peresmian yang disimbolkan dengan pemotongan pita dan penyematan pin kepada pengurus organisasi, sebelum pembawa acara memberikan panggung kepada salah satu dari dua tamu istimewa yang meluangkan waktu untuk berbagi pada acara launching tersebut.

Peresmian Cyber Security Community oleh WRIII - Andreas Chang

Perwakilan dari Mabes Polri, Bpk Jefri Dian Juniarta SH., SK, kemudian memberikan informasi tentang bagaimana wabah kejahatan cyber di dunia–Indonesia, terutama–tengah berkembang. Beliau menekankan bahwa ada banyak sekali cara yang bisa ditempuh oleh para hacker yang tidak baik untuk merugikan orang lain. Ternyata, selain cara-cara konvensional yang diketahui orang awam, seperti pembajakan jaringan secara terang-terangan, atau penyadapan penuh komplikasi, manusia juga seringkali tidak sadar bahwa mereka sudah membagikan informasi-informasi penting melalui akun media sosial mereka, seperti Facebook, Twitter, dan Foursquare.

Menyusul setelahnya adalah tamu kedua yang diundang berbicara, yakni perwakilan dari EC Council, Bapak IGN Mantra.

EC Council itu sendiri adalah sebuah lembaga sertifikasi dari Amerika Serikat yang terbentuk pada tahun 2001 setelah kejadian 9/11 yang sempat menjadi sorotan seluruh dunia. Lembaga ini menekankan kepada betapa pentingnya menyongsong era baru dalam dunia informasi, di mana para pemeran di dalamnya harus bisa melawan para ‘hacker’ yang berniat buruk dengan menyerang mereka, baik melalui jaringan maupun melalui cara-cara lainnya.

Bapak IGN Mantra juga menjelaskan mengenai betapa pentingnya membatasi diri. Boleh saja kita menekuni dunia hacking, namun pada dasarnya, ketika kita bermain dengan informasi, kita juga berinteraksi dengan suatu entitas yang sangat berbahaya. Jika informasi-informasi ini disalahgunakan, ada kemungkinan seseorang atau sebuah pihak bisa dirugikan dengan sangat fatal.

Apalagi, beliau menekankan, informasi di era ini sudah menjadi begitu mudah untuk ditemukan melalui search engine di internet seperti Google dan Bing. Bahkan teknik hacking yang dulunya sempat menjadi sebuah topik tidak terjamah bagi masyarakat, kini bisa diakses dalam bentuk video tutorial di Youtube, dan artikel-artikel dalam buku, baik elektronik maupun cetak.

CSC Launching 2

Cyber Security Community, sebagai sebuah organisasi baru yang dibentuk untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan ini, memiliki visi yang sangat besar untuk mengarahkan, membina, dan menjadi wadah bagi para mahasiswa Binus University yang tertarik mendalami ilmu hacking agar tidak keluar dari jalan yang seharusnya.

Harapannya, dengan mengikuti komunitas ini, mahasiswa dapat diajak untuk mendalami teknik hacking untuk defense, bukannya untuk kejahatan.

Acara launching kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mendetail mengenai CSC Binus itu sendiri. Organisasi yang baru dibentuk ini menawarkan berbagai macam kegiatan yang beragam, seperti membuka kelas reguler dan kelas sharing untuk mengakomodasi mahasiswa yang ingin belajar dan berbagi ilmu, menggelar dan memberikan informasi tentang lomba-lomba seputar dunia hacking, dan mengadakan seminar, training, dan workshop untuk para anggotanya.

Untuk proses registrasi sendiri, mahasiswa yang tertarik mendaftar dapat mengunjungi stand registrasi CSC Binus yang terletak di belakang outlet redlite di kampus Anggrek. Stand registrasi ini dibuka setiap harinya dari tanggal 16-23 April 2013 dari jam 09.00 sampai jam 17.00.

Akhirnya, acara ditutup dengan penyerahan plakat penghargaan dari pihak Binus University kepada para pembicara. Antusiasme yang dipupuk oleh Doni dan teman-teman satu organisasinya terbukti dapat mengajak seratus lima puluh pendaftar untuk mengikuti acara launching dari awal sampai akhir tanpa ada kendala.

Para peserta yang hadir diharapkan mendapatkan sesuatu dari acara launching ini. Apakah itu keinginan untuk belajar lebih, ataupun hanya sekedar kewaspadaan, yang paling penting para peserta bisa menjadikan materi dalam launching CSC Binus ini sesuatu yang bermanfaat. Karena seperti diungkapkan oleh Bapak IGN Mantra dari EC Council yang sangat benar adanya, Cyber Security adalah milik semua orang.

CSC Agent

(Rheza Aditya – TI 2010)