Penemuan kursi roda yang dapat digerakan melalui frekuensi gelombang otak oleh mahasiswa Binus University, bukanlah cerita fiksi. Bahkan, disebutkan kalau teknologielectroencephalograph (EEG) tersebut akan menjadi tren di masa depan.

Widodo Budiharto, dosen spesialis S3 School of Computer Science Binus University, mengatakan teknologi berbasis pikiran sekarang sudah bukan lagi tontonan film belaka, namun bisa diwujudkan di kehidupan riil.

“Bukan khayalan, bukan fiksi. Sampai nanti ke depan, teknologi EEG berbasis kendali pikiran ini akan menjadi tren,” ujar Widodo melalui keterangan tertulisnya, Senin 22 Februari 2016.

Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, dua mahasiswa Binus University semester 7 jurusan Teknik Informatika, yakni Jennifer Santoso (21 tahun) dan Ivan Halim Parmonangan (21 tahun) berhasil mengembangkan kursi roda yang dapat dikendalikan oleh pikiran. Karya mereka itu dinamakan Bina Nusantara Wheelchair (BNW), yang dibimbing oleh Widodo.

Widodo menjelaskan, kursi roda yang dikembangkan mahasiswanya berbeda dengan penemuan ?oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Meski sama-sama dapat dikendalikan oleh otak, kursi roda karya mahasiswa Binus dirancang secara sederhana.

“Kita kelebihannya adalah ada metode baru yang optimal, sehingga arsitekturnya simpel dan mudah digunakan,” jelas Widodo.

?Diketahui, Jennifer dan Ivan mengembangkan BNW ini untuk mereka yang mengalami kelumpuhan, baik itu tangan, cacat tubuh, atau lumpuh dari leher ke bawah, sehingga mengalami kesulitan untuk mendorong kursi roda sendiri.

Dua mahasiswa yang hanya mengembangkan alat dan aplikasi dari BNW tersebut, telah meraih prestasi dengan juara II lomba Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) 2015, dalam kategori Sistem Cerdas. Karya BNW, juga akan dipresentasikan pada International conference on Robotics and Vision yang terindeks Scopus dan ISI pada Mei 2016 di Tokyo, Jepang.

artikel disadur dari : viva.co.id

widodo-bnw
credit photo : techinasia