Secara umum, publikasi karya ilmiah atau yang biasa disebut dengan paper dibagi menjadi dua tipe berdasarkan jenis publikasinya, yaitu: publikasi proceedings (prosiding) atau publikasi journal (jurnal). Prosiding seringkali merupakan kumpulan karya ilmiah dari sebuah seminar (conference) yang diadakan oleh sebuah lembaga atau komunitas riset. Prosiding terbit sesuai dengan periode diadakannya seminar, bisa setahun sekali atau dua tahun sekali. Sebaliknya, jurnal merupakan publikasi karya ilmiah yang diterbitkan secara berkala atau periodik dan tidak terikat pada suatu kegiatan. Baik prosiding maupun jurnal, regulasi yang berlaku dalam setiap jenis publikasi itu bergantung pada penyelenggara atau editor dari publikasi karya ilmiah tersebut. Biasanya regulasi yang berlaku akan berbeda-beda sesuai dengan komunitas peneliti masing-masing. Sebagai contoh, regulasi penulisan di bidang ilmu Artificial Intelligence berbeda dengan bidang ilmu Industrial Engineering.

Publikasi karya ilmiah menjadi salah satu parameter yang cukup penting di bidang akademis. Selain itu, publikasi karya ilmiah juga menjadi bagian penting dari perusahaan-perusahaan yang berorientasi penelitian, seperti Facebook Research (https://research.fb.com/), Google Research (https://ai.google/research/), maupun Baidu Research (http://research.baidu.com/). Dapat dilihat  perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai list publikasi yang dikelola oleh ahli-ahli di bidangnya masing-masing.

Kita perlu untuk dapat membedakan publikasi karya ilmiah yang berkualitas baik dan tidak dengan tujuan untuk mempublikasikan karya ilmiah kita atau mencari referensi karya ilmiah yang baik. Sering kali, kualitas referensi karya ilmiah yang kita tuliskan menunjukkan kualitas dari karya ilmiah yang kita tulis. Dalam mengevaluasi kualitas karya ilmiah, kita dapat menggunakan dua buah referensi portal yang sering digunakan untuk melihat kualitas publikasi karya ilmiah. Portal tersebut adalah Google Scholar Metric (https://scholar.google.co.id/citations?view_op=top_venues&hl=en&vq=eng) dan Scimago Journal Rank (https://www.scimagojr.com/journalrank.php?area=1700). Kedua website tersebut menggunakan metrik yang berbeda untuk melakukan proses ranking publikasi karya ilmiah sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Google Scholar Metric melakukan ranking berdasarkan metrik h5-index dimana metrik tersebut menunjukkan jumlah paper yang disitasi sebanyak jumlah paper tersebut dalam 5 tahun. Sebagai contoh IEEE Conference on Computer Vision and Pattern Recognition (CVPR) mempunya h5-index = 188, yang berarti prosiding tersebut mempunyai minimal 188 paper yang disitasi sebanyak minimal 188 kali dalam 5 tahun terakhir. Pada Google Scholar Metric, setiap karya ilmiah yang mensitasi sebuah paper dianggap mempunyai bobot yang sama (uniform weight). Sebaliknya, Scimago Journal Rank (SJR) menggunakan metrik yang memberikan bobot yang berbeda bergantung dari kualitas paper tersebut. Metrik yang disebut SJR Indicator tersebut diadaptasi dari algoritma Google PageRank. SJR membagi publikasi jurnal menjadi 4 kuartil, yaitu Q1, Q2, Q3 dan Q4 untuk setiap kategori berdasarkan rankingnya. Q1 merupakan publikasi jurnal yang mendapatkan ranking top 25% sebaliknya Q4 merupakan publikasi jurnal yang mendapatkan ranking 75 – 100%. Dikarenakan kuartil tersebut dibagi berdasarkan kategorinya, maka memungkingkan untuk sebuah publikasi jurnal mempunyai Q2 di satu bidang dan mempunyai Q4 di bidang lainnya. Sebagai contoh, jurnal Pattern Recognition Letters yang mendapatkan Q1 di bidang Computer Vision and Pattern Recognition dan Software, tapi mendapatkan Q2 di bidang Artificial Intelligence dan Signal Processing (https://www.scimagojr.com/journalsearch.php?q=24825&tip=sid&clean=0). Hal ini terjadi karena terdapat banyak paper yang mempunyai metrik SJR Indicator yang lebih tinggi daripada jurnal tersebut di bidang Artificial Intelligence. Sehingga, tidak heran apabila terdapat sebuah jurnal yang mempunyai h5-index atau SJR Indicator yang rendah, namun mempunyai jenjang kuartil yang tinggi di bidang tertentu dikarenakan bidang tersebut merupakan bidang yang tidak banyak saingan atau tidak popular.

Oleh karena itu, dalam menentukan kualitas sebuah publikasi karya ilmiah tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat levelnya karena level tersebut tidak cukup fair. Namun, kita dapat melihat SJR Indicator atau h5-index yang cukup membedakan kualitas publikasi karya ilmiah yang cukup baik dan tidak. Pada umumnya, jurnal atau prosiding dengan h-index yang cukup tinggi (> 50) mempunyai proses penyeleksian yang cukup baik dan transparan. Namun, proses penyeleksiannya memakan waktu yang cukup lama. Sebagai contoh, IEEE Transaction on Pattern Analysis and Machine Intelligence mempunyai proses review pertama berkisar 6 bulan dikarenakan paper yang diterima akan direview oleh ahli-ahli di bidangnya masing-masing. Sebaliknya, publikasi karya ilmiah yang kurang baik biasanya tidak terlalu transparan dalam melakukan seleksi karya ilmiah dan tidak menutup kemungkinan publikasi tersebut berfokus pada uang penerbitan yang dibayarkan.

Sekian serba-serbi mengenai publikasi karya-ilmiah yang berkualitas. Semoga dapat membantu pembaca dalam mencari referensi yang berkualitas.