Departemen kepolisian Mumbai  menyebut kotanya sebagai ibu kota klakson di dunia. Ini dikarenakan penduduknya sangat sering menggunakan klakson, bahkan ketika tidak dibutuhkan. Contohnya ketika berada di persimpangan dengan lampu lalu lintas, banyak orang yang membunyikan klaksonnya ketika lampu merah menyala, padahal tidak ada hal menguntungkan yang akan terjadi dengan mereka membunyikan klaksonnya, lampu lalu lintas akan tetap bertahan merah untuk waktu yang telah ditentukan. Mesikpun begitu, justru ada dampak negatifnya yaitu polusi suara yang cukup signifikan. Berdasarkan sebuah jawaban di forum Quora, tingkat kekuatan suara klakson mobil berada di antara 80 sampai 94 decibel (dB), angka ini dinilai cukup berbahaya untuk telinga manusia.

Dengan permasalahan ini, departemen kepolisian Mumbai melakukan sebuah metode untuk mengurangi penggunaan polusi suara yang bersumber dari klakson kendaraan pada persimpangan di setiap tiang lampu lalu lintas. Setiap tiang tersebut dipasang beberapa sensor suara (decibel meter), sehingga kekuatan suara klakson di daerah tersebut dapat diobservasi secara otomatis. Jika alat tersebut mendeteksi polusi suara yang mencapai 85 dB di saat lampu menyala merah, maka waktu hitung mundur pada lampu lalu lintas akan diulang dari awal (ditambahkan lagi).

Sistem manajemen lalu lintas ini merupakan yang pertama dan sangat sesuai untuk diterapkan di berbagai negara yang banyak terdapat polusi suara, terutama suara yang berasal dari klakson kendaraan. Dari sini kita bisa mengetahui, bahwa sistem seperti ini memiliki market yang sangat besar bagi negara yang terdapat banyak polusi suara.

Ide ini terbilang unik karena memanfaatkan suara klakson di jalan raya untuk mengurangi polusi suara yang ada. Namun yang harus diperhatikan, suara klakson dari sisi jalan lain (lampu lalu lintasnya sedang hijau) dapat mengganggu decibel meter di sisi jalan yang lampu lalu lintasnya sedang merah.

Sumber:

Penulis:

  • Yogi Udjaja
  • Ryan Siautama
  • Bernhard Owen Josephus