BRASH: EKSPLOITASI BARU YANG MENGGUNCANG EKOSISTEM BROWSER CHROMIUM
Pada akhir Oktober 2025, peneliti cyber security Jose Pino mempublikasikan sebuah eksploitasi baru bernama Brash yang mampu menyebabkan crash pada browser berbasis Chromium hanya dengan sebuah URL atau baris JavaScript yang relatif sederhana. Eksploit ini mengekspos sebuah celah arsitektural pada mesin render Blink, komponen inti yang digunakan oleh browser Chrome, Microsoft Edge, Brave, Opera, dan banyak aplikasi lain yang mengadopsi Chromium sebagai engine rendering mereka (Lakshmanan, 2025). Efeknya tidak hanya sebatas pada satu browser karena Blink adalah komponen bersama dalam banyak produk, kerentanan ini memiliki dampak potensi yang luas bagi miliaran pengguna di seluruh dunia.

Image Source : pexels.com
Brash memperlihatkan bahwa ancaman cyber modern tidak selalu bergantung pada eksploitasi kompleks seperti remote code execution (RCE) atau eskalasi hak akses, bahkan Denial of Service (DoS) struktural yang memanfaatkan API yang tidak dibatasi dapat mengakibatkan layanan runtuh seketika, sebuah paradigma yang penting dalam pemahaman ancaman terhadap komponen software yang sangat dipakai secara global.

Image Source : Pino Via GitHub (2025)
Bagaimana Eksploitasi Brash Bekerja
Eksploitasi Brash memanfaatkan kelemahan pada API document.title di lingkungan Blink. Bukannya menyasar validasi input atau buffer overflow, serangan ini melakukan pewarisan mutasi DOM yang masif dan terkoordinasi sehingga main UI thread browser jenuh dan akhirnya mengalami crash. Kunci dari eksploit ini adalah fakta bahwa Blink tidak menerapkan rate limiting terhadap update pada document.title sehingga skrip dapat memicu puluhan juta mutasi per detik tanpa mekanisme pembatasan yang efektif.
Diagram alur teknis dari Proof of Concept (POC) yang dipublikasikan di repository GitHub menunjukkan tiga tahapan utama, yakni preloading of malicious strings ke memori, burst injection yang mendorong ratusan ribu triple-updates per milidetik, dan akhirnya saturation of the rendering thread yang memaksa browser keluar secara paksa. Semua ini terjadi tanpa interaksi pengguna selain membuka tautan yang dibuat jahat (Pino, 2025).
Ancaman dan Skala Dampaknya
Brash bukanlah sekadar “tab crash”, tetapi sebuah indikasi bahwa ancaman terhadap komponen open source besar seperti Blink bisa dimulai dari celah desain yang tampak sederhana. Menurut laporan media keamanan, exploit ini dapat dimanfaatkan untuk menjatuhkan sesi browser baik di lingkungan konsumen maupun pada headless browsers yang digunakan dalam automated workflows, termasuk penjelajahan otomatis oleh sistem AI, sistem continuous integration, atau aplikasi web yang tertanam komponen Chromium (SC World, 2025). Hal ini berarti gangguan layanan yang luas, termasuk potensi DoS massal atau pemutusan pipeline data di sistem yang sangat bergantung pada engine browser modern.
Selain itu, eksploit ini tidak memerlukan akses hak istimewa atau bypass sandbox, cukup dengan memuat konten web jahat yang memicu skrip eksploit, sebuah tab atau proses Chromium dapat crash. Implikasi dari Brash jauh melampaui pengalaman pengguna biasa karena Blink merupakan engine rendering yang digunakan oleh lebih dari 60% browser modern dan banyak embedded web views dalam aplikasi software lainnya. Hal ini adalah gangguan struktural terhadap software supply chain yang menggunakan Blink secara luas.
Disclosure dan Perdebatan Responsible Disclosure
Brash juga memunculkan perdebatan tentang prinsip responsible disclosure dalam ekosistem open source. Pino dikabarkan telah melaporkan kerentanan ini ke Google pada akhir Agustus 2025, tetapi karena jawaban vendor belum memadai dalam jangka waktu yang biasanya ditetapkan oleh kebijakan antara peneliti dan vendor, Pino memutuskan untuk merilis PoC secara publik. Tindakan ini memicu diskusi antara komunitas keamanan tentang keseimbangan antara mempercepat perbaikan dan risiko penyalahgunaan eksploit yang dipublikasikan sebelum ada patch yang tersedia (Swain, 2025).
Dampaknya menjadi pedang bermata dua karena publikasi ini mempercepat kesadaran terhadap ancaman serius yang belum ditangani, tetapi juga memberikan blueprint eksploit. kepada pihak yang berniat jahat. Dalam konteks komponen open source bersama seperti Blink yang digunakan oleh banyak produk, kebijakan disclosure seperti ini menjadi kompleks karena melibatkan banyak pemangku kepentingan yang berlainan dan variabilitas proses perbaikan.
Mitigasi dan Langkah Tanggap Sementara
Sebelum patch resmi tersedia, langkah mitigasi bersifat preventif, operasional, atau kebijakan jaringan. Eksploit Brash bergantung pada memuat konten melalui browser sehingga berikut ini adalah beberapa mitigasi yang disarankan, yaitu:
1. Penggunaan browser non-Chromium, seperti Mozilla Firefox atau Apple Safari, yang menggunakan engine berbeda dan tidak terpengaruh oleh kelemahan document.title.
2. Penerapan kontrol URL yang ketat pada perimeter jaringan, misalnya melalui web filtering, WAF, atau proxy yang melakukan sanitasi konten sehingga konten jahat tidak dieksekusi oleh pengguna akhir.
3. Segmentasi jaringan kritikal untuk memisahkan aplikasi penting dari akses web umum sehingga jika pengguna satu segmen terkena exploit, dampaknya tidak meluas ke sistem lain.
4. Update rutin dan patch management segera setelah patch resmi dirilis oleh tim pengembang Blink/Chromium untuk menutup celah ini secara pasti (Field Effect, 2025).
Kesimpulan
Eksploitasi Brash oleh Jose Pino menunjukkan bahwa ancaman terhadap komponen software yang sangat dipakai bisa berakar dari desain API yang tampak sederhana namun tidak memiliki batasan yang tepat seperti rate limiting. Sementara banyak ancaman modern terfokus pada remote code execution atau pencurian kredensial, Brash menegaskan bahwa DoS struktural juga bisa menjadi vektor serangan yang serius dengan skala luas.
Kasus ini bukan saja menguji ketahanan teknis browser itu sendiri, tetapi juga menguji kesiapan organisasi dan kebijakan komunitas dalam melakukan disclosure yang bertanggung jawab. Sambil menunggu perbaikan resmi, langkah mitigasi seperti perubahan platform, pembatasan konten web, dan segmentasi jaringan menjadi sarana penting untuk mengurangi risiko eksploitasi ini. Kejadian Brash memperluas cara kita memandang ancaman, yaitu bukan sekadar bug atau kesalahan kecil dalam kode, tetapi celah di struktur API yang dapat disalahgunakan dengan dampak yang sangat besar.
Penulis :
FDP Scholar – Satriadi Putra Santika, S.Stat., M.Kom.
Referensi
Field Effect Security Intelligence Team. (2025). Public exploit published for unpatched vulnerability in Chrome. Field Effect. https://fieldeffect.com/blog/public-exploit-published-unpatched-vulnerability-chrome. Di akses 11 Desember 2025.
Lakshmanan, R. (2025). New “Brash” Exploit Crashes Chromium Browsers Instantly with a Single Malicious URL. The Hacker News. https://thehackernews.com/2025/10/new-brash-exploit-crashes-chromium.html. Di akses 11 Desember 2025. Pino, J. (2025). Brash. GitHub. https://github.com/jofpin/brash. Di akses 11 Desember 2025.
SC World. (2025). Widespread Chromium browser crashes likely with severe Brash vulnerability. https://www.scworld.com/brief/widespread-chromium-browser-crashes-likely-with-severe-brash-vulnerability. Di akses 11 Desember 2025.
Swain, G. (2025). Chromium flaw crashes Chrome, Edge, Atlas: Researcher publishes exploit after Google’s silence. CSO Online. https://www.csoonline.com/article/4081831/chromium-flaw-crashes-chrome-edge-atlas-researcher-publishes-exploit-after-googles-silence.html. Di akses 11 Desember 2025.
Comments :