Mitos–mitos Software Engineering

Mitos tidak hanya muncul dalam cerita-cerita masyarakat; legenda ataupun dongeng, dalam dunia rekayasa piranti lunak (Software Engineering)-pun terdapat beberapa mitos yang masih dipercaya hingga saat ini. Penafsiran-penafsiran pada rekayasa piranti lunak ini secara sekilas terdengar masuk akal, bahkan terkadang memang mengandung unsur kebenaran di dalamnya. Namun seiring berkembangnya pengetahuan dalam rekayasa piranti lunak, para ahli telah menganalisa beberapa mitos-mitos pada rekayasa piranti lunak yang keliru dan harus diluruskan. Mitos-mitos rekayasa piranti lunak yang keliru ini dapat menyesatkan para praktisi dan manager dalam mengembangkan atau merekayasa sebuah software. Namun selayaknya sebuah mitos, beberapa anggapan-anggapan tersebut masih sulit untuk diubah hingga saat ini. Buat kalian yang sedang belajar mengenai rekayasa piranti lunak, ada baiknya mengenal terlebih dahulu mitos-mitos tersebut sebelum mempelajari lebih dalam ilmu rekayasa piranti lunak, agar nantinya tidak “salah kaprah”.

Berikut beberapa mitos yang disebutkan oleh Pressman, dalam bukunya “Software Engineering: A Practitioner’s Approach 7th edition”:

Mitos: Jika sebuah perusahaan memutuskan untuk melakukan outsourcing suatu proyek software, perusahaan tidak perlu melakukan apapun dan cukup membiarkan perusahaan outsource untuk melakukan keseluruhan proyek.
Realitas: Apabila sebuah perusahaan tidak mengerti bagaimana cara mengatur dan menngontrol sebuah proyek software secara internal, usaha akan selau dibutuhkan meskipun outsourcing dilakukan.

Outsourcing cartoon

Mitos: kebutuhan software berubah secara terus-menerus, tetapi perubahan tersebut dapat dengan mudah diatasi, karena software itu fleksibel.
Realitas: kebutuhan software memang akan terus berubah, namun dampak dari perubahan tersebut sangat bervariasi berdasarkan tahap dimana perubahan itu terjadi.

Mitos: ketika program ditulis dan dapat dijalankan, pekerjaan kita selesai.
Realitas
: pada kenyataannya 60%-80% dari keseluruhan pekerjaan dilakukan setelah software diberikan kepada user untuk pertama kalinya.

Mitos: Satu-satunya produk yang dapat disampaikan dari proyek yang berhasil adalah program yang dapat dijalankan.
Realitas: program hanya merupakan salah satu bagian dari konfigurasi software yang terdiri dari banyak elemen lainya (contoh: model, dokumentasi, perencanaan, dll).

 

Masih ada banyak mitos dalam software engineering yang harus kita pahami, agar tidak melakukan kesalahan dalam rekayasa piranti lunak. Memahami realitas-realitas sebenarnya dibalik mitos-mitos yang ada merupakan satu langkah awal dalam merumuskan solusi-solusi praktis akan software engineering.