Interface merupakan elemen paling penting dari produk atau sistem yang berbasis komputer. Interface menciptakan komunikasi yang efektif antara manusia dan komputer. Seorang software engineer merancang interface dengan proses yang mengacu pada prinsip-prinsip desain yang telah ditentukan. Interface adalah jendela dari sebuah software. Software harus memiliki interface yang baik karena interface yang membentuk persepsi pengguna terhadap kualitas dari software tersebut. Tujuan dari mendesain interface adalah menetapkan serangkaian objek dan perintah agar pengguna dapat menjalankannya sehingga tujuan dari penggunaan software tersebut tercapai.

Desain user interface dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan pengguna, pekerjaan, dan lingkungan. Analisa pengguna mendefinisikan berbagai jenis profil dari pengguna dan analisa ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Task analysis menjelaskan kebutuhan pengguna dengan menggunakan pendekatan object-oriented atau elaboratif, menerapkan use cases, perluasan dari objek dan kebutuhan, analisis alur kerja, dan representasi pekerjaan secara hierarki untuk benar-benar memahami interaksi antara manusia dan komputer. Analisis lingkungan mengidentifikasi struktur sosial dan fisik dimana interface harus dioperasikan.

Setelah kebutuhan pengguna sudah diidentifikasi, user scenarios dibuat dan dianalisa untuk menghasilkan serangkaian objek dan perintah. Hal ini memberikan dasar untuk pembuatan screen layout yang menggambarkan desain grafis dan penempatan ikon, definisi dari teks layar yang deskriptif, dan spesifikasi dari menu yang utama dan minor.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah user interfaces, yaitu karakteristik pengguna, jenis user interfaces, pembentukan pesan, desain grafis, look and feel , dan interaksi antar bahasa dan performa.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, ada 3 aturan utama yang harus kita ikuti:

  1. Memberikan kontrol penuh kepada pengguna
    1. Menyediakan interaksi yang fleksibel
    2. Memungkinkan interaksi pengguna bisa diubah kembali
    3. Menyembunyikan teknis internal dari pengguna biasa
    4. Desain untuk interaksi dengan objek yang ada di layar
  2. Mengurangi beban memori pengguna
    1. Mengurangi permintaan untuk memori jangka pendek
    2. Mendirikan standar yang bermakna
    3. Mendefinisikan shortcut yang bersifat intuitif
    4. Design layout visual harus berdasarkan pada metafora dunia nyata
  3. Membuat interface yang bersifat konsisten bagi pengguna
    1. Membiarkan pengguna untuk membuat pekerjaan sekarang menjadi konteks yang lebih bermakna
    2. Tetap selalu konsisten dalam aplikasi yang bersifat family
    3. Jika model sebelumnya sudah memenuhi ekspektasi pengguna, jangan menggantinya kecuali ada alasan yang cukup kuat dan jelas 

Tiga aturan ini yang membentuk dasar dari serangkaian prinsip desain user interface yang merupakan panduan di aspek desain software ini. 

“If There’s a ‘trick’ to it , The UI is broken” – Douglas Anderson

Untuk membuat sebuah user interface yang efektif, semua desain harus dimulai dengan memahami kebutuhan pengguna. Termasuk profil umur mereka, jenis kelamin, kemampuan, pendidikan, latar belakang etnis dan budaya, motivasi dan kepribadian. Sebagai tambahan kita juga harus mengkategorikan pengguna kita menjadi:

  • Novice (Pemula)
    Di interface kita harus menghindari penggunaan pengetahuan sintaksis dalam sebuah sistem dan pengetahuan semantik dari aplikasi maupun komputer secara umum.
  • Knowledgeable (Pengguna Biasa)
    Kita harus memberikan sedikit pengetahuan semantik dan sintaksis yang relatif rendah untuk dapat mengolah informasi agar dapat menggunakan interface.
  • Knowledgeable (Pengguna Rutin)
    Kita harus memberikan pengetahuan semantik dan sintaksis yang baik yang seringkali merujuk pada sindrom “Power-user syndrome”.

Kita harus menyediakan pengetahuan yang masuk akal tentang aplikasinya tanpa memberikan informasi tambahan untuk penggunaan interface.

Validasi interface terfokus di :

  1. Kemampuan dari interface untuk mengimplementasikan tugas dengan benar.
  2. Interface mudah digunakan dan dipelajari.
  3.  Pengguna menerima interface sebagai bagian yang berguna bagi pekerjaan mereka.

Jadi sebuah desain interface yang baik mendorong interaksi yang mudah, alami, dan menarik interaksi antara pengguna dan sistem, serta memungkinkan pengguna untuk memenuhi kebutuhannya. Walaupun kita menggunakan istilah “baik” dan “buruk” untuk mendeskripsikan interfaces, istilah tersebut tidak ada artinya karena setiap kata tersebut bersifat subjektif. Mereka memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang dan penggunaannya untuk menilai beberapa aspek dari interfaces akan bervariasi. Kita mungkin telah menggunakan istilah “baik” atau “buruk” untuk mendeskripsikan warna yang digunakan, gambar, ikon, atau seberapa menarik interface tersebut. Atribut ini mendeskripsikan gambaran besar dari UI (User Interface). Namun, mereka hanyalah sebagian kecil dari faktor desain interface.

Referensi:

https://whyphi.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2016/01/ebook-pressman-sw-engineering.pdf

https://www.researchgate.net/publication/294428623_User_Interface_Design_Issues_for_Easy_and_Efficient_Human_Computer_Interaction_An_Explanatory_Approach/link/56c0fc4708ae2f498ef9af47/download

Author : Jansen Guisaga , Felix Valentino Ongkosutanto , Leonardus Kevin Yobeth , Mesyella, Vicky Joe
Supervised by : Irma Kartika Wairooy, S.Kom., M.T.I