Gambar 1. Kuesioner 

Sumber: https://www.simplypsychology.org/questionnaires.html 

 

Kuesioner adalah kumpulan pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Instrumen ini banyak dipilih peneliti karena praktis dan dapat menjangkau banyak orang sekaligus. Tetapi, membuat kuesioner yang baik tidak sesederhana menuliskan daftar pertanyaan. Ada proses bertahap yang harus dilalui agar hasilnya benar-benar bisa menjawab tujuan penelitian. Karena prosesnya cukup panjang, saya membaginya ke dalam dua artikel agar lebih mudah dipahami. Pada artikel pertama, kita akan membahas tahapan awal penyusunan kuesioner, seperti menentukan informasi yang dibutuhkan dan menyusun isi pertanyaan. Pada artikel kedua, kita akan melanjutkan ke tahap penyempurnaan, mulai dari merancang bentuk pertanyaan hingga melakukan uji coba. Pembahasan ini diadaptasi dari buku Essentials of Marketing Research: A Hands-On Orientation karya Malhotra (2015). 

Gambar 2. Interview 

Sumber: https://unsplash.com/photos/two-women-sitting-on-chair-eF7HN40WbAQ 

1. Specify the information needed 

Pada tahap awal, peneliti harus menyusun atau menentukan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan penelitian. Informasi-informasi ini harus benar-benar dipersiapkan dengan baik agar tidak terjadi kesalahan atau bahkan pengulangan penyebaran kuesioner. 

2. Specify the type of interviewing method 

Peneliti menentukan tipe wawancara yang akan dilakukan. Ada hal yang harus dipertimbangkan oleh peneliti Ketika menentukan tipe wawancara atau tipe interview ini. Misalkan ternyata cukup banyak informasi yang diperlukan sehingga pertanyaan/pernyataan yang diperlukan juga banyak. Dengan pertimbangan hal ini, kemungkinan untuk melakukan wawancara dengan telepon sebaiknya dihindari sebab biaya yang dikeluarkan tentu akan besar. Begitu pun jika ada informasi yang sensitive yang diperlukan. Wawancara dengan depth interview dapat menjadi pertimbangan peneliti. Pertimbangan-pertimbangan lain mesti dipikirkan dengan baik oleh peneliti agar jawaban dari masalah penelitian bisa diperoleh. 

Gambar 3. Interview 

Sumber: https://unsplash.com/photos/a-man-sitting-at-a-desk-talking-to-a-woman-FAWfiEh096E 

3. Determine the content of individual questions. 

Setiap pertanyaan/pernyataan yang ada dalam kuesioner harus berkontribusi dalam penyelesaian masalah penelitian. Jika kita Kembali ke syarat alat ukur yang baik yaitu reliability, dimana satu variable harus memiliki lebih dari 1 pertanyaan/pernyataan, maka peneliti tidak dapat menghindari banyaknya pertanyaan/pernyataan yang terbentuk. Meskipun demikian, peneliti harus beberapa kali melakukan pengecekan apakah memang pertanyaan/pernyataan tersebut perlu dicantumkan dalam kuesioner. 

Selain syarat reliability tadi, kadang peneliti juga tidak bisa menghindari terbentuknya beberapa pertanyaan/pernyataan demi menghindari double-barreled question. Yang dimaksud dengan double-barreled question adalah pertanyaan tunggal dimana dalam pertanyaan tersebut ada dua hal yang mesti dijawab. 

Apakah minuman soda ‘X’ merupakan minuman yang ringan dan menyegarkan? 

Pertanyaan di atas merupakan contoh double-barreled question. Ada dua hal yang ditanyakan dalam satu pertanyaan tersebut yaitu ringan dan menyegarkan. Pertanyaan seperti ini mau tidak mau harus dipecah menjadi 2 pertanyaan. 

Apakah minuman soda ‘X’ merupakan minuman yang ringan? 

Dan 

Apakah minuman soda ‘X’ merupakan minuman yang menyegarkan? 

 

4. Overcome the respondent’s inability and/or unwillingness to answer 

Ketika membuat kuesioner, seorang peneliti harus memahami karakteristik responden yang akan terlibat. Responden yang akan terlibat dalam penelitian harus benar-benar responden yang memang mengetahui atau familiar dengan informasi yang akan ditanyakan. Responden juga kadang tidak dapat menjelaskan dengan baik jawaban yang akan diberikan. Bagi responden yang demikian pada akhirnya akan memutuskan tidak terlibat dengan penelitian. 

Selain responden kadang tidak mau menjawab kuesioner, peneliti juga kadang menghadapi keengganan responden untuk menjawab. Apakah yang dapat menyebabkan responden enggan menjawab kuesioner? Dua hal yang menyebabkan bisa berupa adanya permintaan untuk menjawab informasi sensitive dan responden harus mengeluarkan usaha yang cukup besar untuk menjawab kuesioner. 

 

Langkah-langkah awal yang sudah dibahas di artikel ini adalah dasar penting dalam membuat kuesioner yang baik. Namun, prosesnya belum selesai. Masih ada tahapan lanjutan yang perlu dipahami agar kuesioner semakin siap digunakan. Semua itu akan kita bahas dalam artikel berikutnya. 

 

Penulis: Margaretha Ohyver, S.Si., M.Si. 

Referensi: 

Malhotra, N. K. (2015). Essentials of marketing research: A hands-on orientation. (No Title).