OXENFREE – KONSEP MINIMALIS DAN MENAWAN
Alur cerita adalah salah satu elemen terbesar dalam sebuah game yang dapat membentuk jalinan emosi antara player dan game itu sendiri. Itulah sebabnya alur cerita adalah salah satu hal yang paling krusian di dalam sebuah desain game. Bila dibandingkan hanya dengan menonton film dengan alur dimana anda selalu diarahkan oleh sang sutradara, game dengan genre Interactive Story memberikan kesempatan untuk membangun cerita sendiri melalui rangkaian aksi yang akan berujung dengan konsekuensi tertentu. Bermula dari Quantic Dreams merilis Heavy Rain beberapa tahun lalu, genre ini mulai dikenal. Ditambah lagi banyaknya proyek sukses racikan Telltale Games yang ikut meramaikan di genre ini seperti Batman : The Telltale Series yang baru dirilis tahun lalu, Game of Thrones yang merupakan adaptasi dari TV series berjudul sama serta The Walking Dead yang masih berlanjut di season 3 saat artikel ini ditulis. Beberapa diantara kalian juga mungkin pernah memainkan Life Is Strange yang memiliki emotion impact yang begitu besar melalui alur cerita yang ditawarkan. Ternyata tren seperti ini diikuti pula oleh sebuah studio developer indie bernama Night School Studio melalui game mereka – Oxenfree.
Selain berfokus pada alur cerita yang menjadi nilai jual utama, Night School Studio tidak tanggung-tanggung untuk bereksperimen yang menjadikan Oxenfree adalah suatu hal yang berbeda di genre Interactive Story, terutama di sisi gameplay. Review ini akan membahas “Kesederhanaan” konsep yang ditawarkan Night School Studio dalam Oxenfree yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
HAVING FUN, BUT SUDDENLY…
Kehidupan remaja memang sering kali disebut-sebut sebagai masa yang paling indah. Menikmati masa-masa indah tersebut dengan menghabiskan waktu bersama teman-teman sepermanian membuat apapun hal pahit yang diberikan oleh kehidupan terasa ringan dan dapat dihadapi bersama. Fokus tema cerita seperti inilah yang anda temui di Oxenfree.
Alex – sang karakter utama ditemani bersama teman masa kecilnya, Ren dan saudara tirinya yang bernama Jonas berkunjung ke sebuah pulau bekas markas militer bernama Edward’s Island, dimana tempat yang biasanya dijadikan anak-anak remaja lainnya untuk menghabiskan waktu dari malam ke pagi melakukan semua hal sesuai kehendak mereka. Edward’s Island adalah tempat tanpa sinyal alat komunikasi, namun Ren meminta Alex membawa radio untuk menunjukkan sesuatu yang terdengar “Istimewa”. Tidak hanya bertiga, mereka pun bertemu dengan dua teman lainnya yang bernama Clarissa dan Nona. Seperti kelompok remaja lakukan di dunia nyata, mereka menikmati malam yang penuh canda dan minum bersama, berusaha untuk mengakrabkan diri dan mengenal sesama lebih jauh. Namun ada hal “spesial” lainnya yang telah dipersiapkan oleh Ren.
Alex, Ren dan Jonas mengunjungi mulut gua angker tidak jauh dari pantai mereka beristirahat. Menurut informasi yang didapat Ren, dengan memutar dan menentukan frekuensi tertentu pada radio di sekitar area mulut gua, akan muncul fenomena misterius. Fenomena tersebut berupa pancaran cahaya yang tidak diketahui penjelasannya dan asal cahayanya itu. Tidak hanya cahaya, namun percobaan ketiga mereka menghasilkan suara aneh dari dalam gua. Rasa keingintahuan Jonas yang tinggi mengalahkan rasa kewaspadaannya, ia masuk kedalam gua yang sangat menarik perhatiannya itu. Antara rasa penasaran dan khawatir terhadap Jonas, Alex pun menyusul Jonas yang terlebih dahulu masuk ke dalam gua.
Setelah menyusuri gua cukup dalam dan mengharapkan menemukan jawaban atas fenomena misterius yang terjadi, mereka justru malah menemukan sesuatu yang lebih membingungkan mereka, sebuah segitiga aneh di langit-langit gua dan itu makin membuat rasa penasaran Jonas makin memuncak. Ia meminta Alex untuk memutar frekuensi radio seperti yang dilakukan di mulut gua tadi. Apa yang terjadi? Segitiga tersebut bereaksi dengan frekuensi radio tertentu dan membuat Alex dan Jonas terlempar jauh dari gua tersebut ke sudut pulau yang lain. Terbangun setelah tak sadarkan diri tanpa Ren, Clarissa dan Nona disekitar, Alex dan Jonas bertekad untuk mencari mereka yang juga tersebar ke bagian-bagian pulau yang lain pula.
Di tengah-tengah pencarian teman-teman mereka, Alex dan Jonas sering kali menemukan kejadian-kejadian aneh/supranatural yang tidak kalah misteriusnya dengan segitiga di gua sebelumnya. Lima remaja yang berniat menghabiskan malam dengan canda dan tawa berujung pada awal dari mimpi buruk bagi mereka semua.
Seperti yang telah kami sebutakan diatas bahwa cerita adalah daya tarik utama dari Oxenfree. Dan ternyata benar. Oxenfree benar-benar menyediakan cerita yang menarik untuk digali lebih dalam. Tema cerita yang berfokuskan kepada tingkah anak-anak remaja yang dipadu dengan alur cerita dan yang suasana misterius benar-benar terlihat selaras.
A MAGIC LITTLE THING CALLED “RADIO”
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Alex memutar dan menentukan frekuensi yang diperlukan untuk membuat segitiga misterius tersebut bereaksi. Tapi bukan hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh sebuah radio. Ya, sebuah radio. Disinilah salah satu letak keunikan Oxenfree. Radio memiliki peranan paling krusial untuk membuat progress playthrough. Seringkali anda akan bertemu dengan aktifitas mistis yang memerlukan radio tersebut untuk bereaksi, dan itu diperlukan agar bisa melanjutkan playthrough.
Fungsi radio tidak berhenti sampai disitu. Anda yang ingin mengetahui cerita lebih banyak lagi tentang Edward’s Island, bisa mengaktifkan radio dan mencari frekuensi yang tepat di salah satu titik spot tertentu yang ditandai papan dengan lampu kecil berwarna hijau. Terdapat beberapa monumen atau spot yang mempunyai sejarah tersendiri di Edward’s Island.
JUST TEENAGERS THINGS
Apabila melihat dari sisi character development, Clarissa, Nona, Ren, Jonas dan Alex benar-benar menginterpretasikan sifat para remaja. Ren yang selalu berbicara banyak, Clarissa yang memiliki sifat seorang teman yang anda ingin buang ke tong sampah, Nona yang terlihat sebagai seorang yang pendiam dan malu namun baik diajak bicara, Jonas yang friendly dan skeptis, serta Alex yang terkadang bisa menjadi cuek, peduli, attraktif dan penakut. Semua tokoh pendukung benar-benar membangun cerita, tidak ada tokoh yang hanya sekedar menjadi “Figuran” untuk meramaikan layar monitor. Oxenfree hadir dengan unsur “Seadanya” namun tetap terasa kuat.
IT FEELS NATURAL
Dialog antar tokoh yang mengalir secara natural juga menjadi kekuatan utama Oxenfree. Tidak seperti pada game Interactive Story yang kami pernah jumpai, anda bisa melakukan apa saja saat berdialog dengan tokoh lain berlangsung, seperti berjalan dan berinteraksi dengan objek lain. Biasanya opsi dialog yang muncul ada tiga, dan semuanya memiliki konsekuensi dengan hubungan kausal yang sangat signifikan perbedaannya. Semua dialog yang terjadi sama seperti kehidupan asli, dimana kalian bisa menyela pembicaraan orang lain ketika kita memulai berbicara setelah terpikirkan memilih opsi dialog. Konten dialognya sendiri juga lugas sehingga anda dapat mudah memahami apa yang tengah dibicarakan.
Hal lain yang membuat Oxenfree terasa berbeda adalah, anda dapat mengeksplor seluruh bagian pulau tanpa harus terpatok dengan objective anda yang sekarang. Anda bisa menjelajahi hutan yang terlihat sebagai tempat bermain yang menarik, atau kembali ke dermaga tempat anda memulai game meskipun sedang memiliki objective menyelamatkan teman yang terjebak di bekas bangunan benteng yang mengerikan. Tidak seperti game dengan genre sejenis dimana anda mau tidak mau diarahkan untuk menuju suatu tempat tertentu yang terasa linear.
SO GORGEUS
Oxenfree terlihat seperti sebuah game 2.5 Dimensi. Pendekatan visual adalah salah satu mengapa kami menyebut game ini menawan. Permainan warna disini terlihat begitu indah. Minimnya edge berwarna hitam membuat visualisasi Oxenfree terlihat manis dan tidak terlihat tegang dan serius.
THE SOUND AND THE VOICE, THUMBS UP
Voice act memiliki peranan sebagai salah satu unsur penghayatan emosi player terhadap game itu sendiri. Mulai dari nada, intonasi, helaan napas, pemilihan kata membuatnya terasa lebih hidup.
BGM yang ada pantas diacungi jempol, selalu cocok dengan situasi yang sedang terjadi. Menggabungkan tema remaja dan misterius dan menuangkannya dalam sebuah BGM adalah tugas yang tidak mudah, namun Night School Studio mengeksekusinya dengan baik.
SAY “CHEESE” ON PHOTO!
Satu hal lagi yang membuat Oxenfree tereksekusi dengan baik adalah foto yang bisa kita jumpai di loading screen saat menempuh progress playthrough tertentu. Ini membuat tema remaja yang ditawarkan Oxenfree terasa lebih kental lagi.
Developer Indie memang tidak bisa dipandang sebelah mata saat ini. Keberanian mereka untuk selalu bereksperimen dengan konsep banyak yang membuahkan hasil yang manis. Tidak seperti developer game yang berani menghasilkan game kelas AAA yang menelan budget tidak sedikit, developer Indie hadir dengan kesederhanaan yang dieksekusi dengan sempurna sehingga experience yang didapatkan oleh player tidaklah “Sesederhana” yang dikira. Elemen visual yang indah, voice act natural dan terkesan hidup, sound yang cocok dengan situasi dan suasana yang ada, gameplay yang unik, sisi eksplorasi yang berbeda, menjadikan Oxenfree patokan sebagaimana developer game indie bereksperimen dari trend yang sudah ada menjadi sesuatu yang terlihat baru.
Penulis:
- Yogi Udjaja
- Muhamad Rizky Pratama