Di era digital yang semakin canggih, kecerdasan buatan (AI) telah membawa revolusi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pembuatan konten visual. Salah satu inovasi terbaru adalah teknologi text-to-video generatif seperti Google Veo 3, yang memungkinkan pembuatan video realistis hanya dari deskripsi teks. Namun, di balik potensi kreatifnya, teknologi ini juga memunculkan tantangan baru: deepfake. Deepfake, video atau audio yang dihasilkan AI untuk menyerupai seseorang atau situasi tertentu, kini menjadi ancaman serius dalam menyebarkan informasi yang salah atau menipu. Artikel ini akan membahas bagaimana AI, khususnya deepfake, menciptakan tantangan baru dalam membedakan fakta dan tipuan, serta implikasinya bagi masyarakat.

Apa Itu Deepfake?

Deepfake adalah konten multimedia yang dibuat atau dimanipulasi menggunakan AI, sering kali dengan tujuan meniru wajah, suara, atau perilaku seseorang secara realistis. Teknologi ini mengandalkan model pembelajaran mesin seperti generative adversarial networks (GAN) dan diffusion models, yang juga menjadi dasar alat seperti Google Veo 3. Dengan kemampuan untuk menghasilkan video berdurasi hingga 8 detik yang tampak nyata, lengkap dengan audio yang selaras, teknologi ini memungkinkan pembuatan konten yang sulit dibedakan dari rekaman asli.

Menurut laporan dari Time (2025), teknologi serupa seperti Veo 3 telah digunakan untuk menghasilkan video yang menggambarkan kerusuhan, konflik, atau bahkan penipuan pemilu dengan tingkat realisme yang mengejutkan. Dengan hanya sebuah teks, seseorang dapat menciptakan narasi visual yang menyesatkan, seperti seorang tokoh publik yang tampak mengatakan sesuatu yang tidak pernah mereka ucapkan. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya AI dalam membentuk persepsi, tetapi juga betapa berbahayanya jika disalahgunakan.

Tantangan yang Ditimbulkan Deepfake

  1. Krisis Kepercayaan Publik

Video deepfake dapat dengan mudah digunakan untuk menyebarkan disinformasi, seperti propaganda politik atau hoaks. Misalnya, sebuah video yang menunjukkan seorang pemimpin dunia membuat pernyataan kontroversial dapat memicu ketegangan sosial atau politik, meskipun video tersebut sepenuhnya fiktif. Ketika masyarakat sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang palsu, kepercayaan terhadap media dan informasi pun menurun.

  1. Sulit untuk Deteksi

Meskipun ada teknologi seperti SynthID Watermark dari Google, yang memungkinkan identifikasi video buatan AI, tidak semua deepfake memiliki watermark. Algoritma deteksi deepfake masih tertinggal di belakang kemajuan teknologi pembuatannya. Menurut Google Cloud Blog (2025), meskipun tanda air digital membantu, deepfake yang dibuat dengan sengaja untuk menipu sering kali dirancang untuk menghindari deteksi.

  1. Penyalahgunaan Aksesibilitas Teknologi

Dengan ketersediaan AI  platform seperti Gemini dan Vertex AI, pembuatan deepfake kini lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Hal ini meningkatkan risiko penyalahgunaan oleh individu atau kelompok yang tidak bertanggung jawab, mulai dari penipuan pribadi hingga kampanye disinformasi skala besar.

  1. Ancaman Privasi

Deepfake dapat digunakan untuk memalsukan identitas seseorang, seperti membuat video yang menunjukkan seseorang melakukan tindakan memalukan atau kriminal. Ini tidak hanya merusak reputasi, tetapi juga menimbulkan ancaman serius terhadap privasi individu.

Cara Mengenali dan Menghindari Deepfake

Di era teknologi yang semakin canggih, deepfake menjadi ancaman baru yang dapat menipu banyak orang. Deepfake adalah konten buatan yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memanipulasi video, gambar, atau suara sehingga tampak sangat nyata. Untuk melindungi diri dari penipuan deepfake, berikut adalah panduan praktis dalam bahasa Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan Kamu.

  1. Perhatikan Ciri Visual dan Audio

Periksa dengan cermat detail pada video atau gambar yang mencurigakan. Beberapa tanda deepfake meliputi:

  • Kulit wajah yang terlalu mulus atau tidak wajar.
  • Ketidaksesuaian warna kulit atau pencahayaan yang aneh.
  • Gerakan mata yang tidak normal, seperti terlalu banyak atau terlalu sedikit berkedip.
  • Gerakan mulut yang buram atau tidak sinkron dengan suara.
  • Bayangan atau efek visual yang tidak konsisten.
  1. Verifikasi Sumber Konten

Selalu pastikan sumber video, gambar, atau audio yang kamu terima. Jika Kamu mendapatkan konten yang mencurigakan, terutama yang meminta uang atau informasi sensitif, lakukan verifikasi melalui saluran resmi, seperti situs berita terpercaya atau akun resmi individu/organisasi. Jika menerima panggilan atau pesan yang tidak biasa, hubungi orang tersebut melalui nomor telepon atau email yang sudah Kamu ketahui kebenarannya.

  1. Batasi Data Pribadi di Media Sosial

Kurangi jumlah informasi pribadi, foto, atau video yang Kamu bagikan di platform media sosial. Data ini dapat digunakan oleh penipu untuk membuat deepfake yang meyakinkan. Atur pengaturan privasi Kamu agar hanya orang-orang tepercaya yang dapat melihat konten Kamu. Kamu juga bisa menambahkan tanda air (watermark) pada gambar untuk mempersulit penyalahgunaan.

  1. Waspadai Permintaan Tak Terduga

Berhati-hatilah terhadap panggilan, email, atau pesan yang tidak diminta, terutama jika meminta transaksi keuangan atau menciptakan rasa urgensi. Deepfake sering digunakan dalam penipuan phishing untuk menyamar sebagai orang yang Kamu percaya, seperti keluarga, teman, atau atasan. Jika ada yang mencurigakan, verifikasi identitas pengirim melalui saluran komunikasi lain yang terpercaya.

  1. Laporkan Konten Deepfake

Jika Kamu menemukan konten yang tampak dimanipulasi, laporkan ke platform tempat konten tersebut diunggah. Jika diperlukan, laporkan juga ke pihak berwenang untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan melindungi orang lain dari menjadi korban.

Penulis:

Samson Ndruru

FDP Scholar

Daftar Pustaka:

  1. Chow, A. R., & Perrigo, B. (2025, June 3). Google’s new AI tool generates convincing deepfakes of riots, conflict, and election fraud. TIME. Retrieved from https://time.com/7290050/veo-3-google-misinformation-deepfake/
  2. Telefónica. (n.d.). What is a deepfake and how to detect it? Telefónica Communication Room Blog. https://www.telefonica.com/en/communication-room/blog/what-is-a-deepfake-and-how-to-detect-it/
  3. Sjouwerman, S. (2024, January 23). Deepfake phishing: The dangerous new face of cybercrime. https://www.forbes.com/councils/forbestechcouncil/2024/01/23/deepfake-phishing-the-dangerous-new-face-of-cybercrime/
  4. Stanford University UIT. (2024, February 22). Dangers of deepfake: What to watch for. Stanford University UIT. https://uit.stanford.edu/news/dangers-deepfake-what-watch