Software Engineering (SE) bukan lagi sekadar soal menulis kode dan mengelola proyek. Ia telah berevolusi menjadi bidang multidisiplin yang berhubungan erat dengan kecerdasan buatan, komputasi kuantum, hingga isu-isu keberlanjutan. Jika Anda menghadiri konferensi bergengsi seperti ICSE (International Conference on Software Engineering) atau membaca jurnal prestisius seperti IEEE Transactions on Software Engineering, Anda akan menemukan bahwa lanskap penelitian saat ini jauh lebih luas, kompleks, dan menarik dibanding satu dekade lalu.

Lalu, apa saja topik yang sedang tren dan menjadi sorotan utama komunitas ilmiah internasional? Mari kita bahas.

Software Engineering, Source : https://unsplash.com/id/s/foto/software-engineer

1. Generative AI dan “Software Engineering 2.0”

Hadirnya generative AI seperti GitHub Copilot, ChatGPT, dan Code Llama telah memicu gelombang riset baru: bagaimana AI dapat berperan dalam seluruh siklus hidup perangkat lunak.

Jika dulu AI hanya dipakai untuk code completion, kini penelitian berkembang ke arah:

  • Rekayasa kebutuhan (requirements engineering) dengan LLM (Large Language Models) yang dapat mengekstrak kebutuhan dari dokumen naratif.
  • Automated testing berbasis AI yang menghasilkan test cases secara dinamis.
  • Bug detection dengan model prediksi yang belajar dari repository open-source global.
  • AI pair programming yang tidak hanya menulis kode, tapi juga berdebat soal desain sistem.

Beberapa agenda riset bahkan merumuskan puluhan pertanyaan terbuka, misalnya: Bagaimana mengukur kualitas kode hasil AI? Bagaimana menjamin keamanan jika sebagian besar kode ditulis mesin? Bagaimana memitigasi bias data pelatihan?

AI in Software Engineering , Source : https://unsplash.com/id/s/foto/ai-software-engineer

2. Quantum-Based Software Engineering (QBSE)

Kita berada di ambang era baru: komputasi kuantum. Walaupun masih tahap awal, para peneliti sudah mulai membayangkan bagaimana prinsip kuantum dapat mengubah Software Engineering.

Bidang baru bernama Quantum-Based Software Engineering (QBSE) mulai mengemuka. Topik risetnya meliputi:

  • Algoritma kuantum untuk bug prediction yang lebih cepat.
  • Kode refactoring otomatis menggunakan prinsip superposisi untuk menjelajahi ribuan solusi secara paralel.
  • Testing berbasis kuantum untuk sistem berskala masif.

Masih banyak yang eksperimental, tapi para peneliti percaya bahwa komputasi kuantum bisa menjadi “game changer” yang mendefinisikan ulang cara kita menulis dan mengelola perangkat lunak.

Quantum Workflow Lifecycle, Souce : Dwivedi (2024). https://doi.org/10.1007/s10586-024-04362-1

3. Software untuk Era 6G

Jika 5G sudah membawa internet super cepat, maka 6G menuntut arsitektur perangkat lunak yang jauh lebih kompleks. Perubahan besar ini mendorong penelitian di area:

  • Edge-to-cloud orchestration, bagaimana aplikasi bisa berjalan mulus dari perangkat kecil di tepi jaringan hingga server pusat.
  • Sustainability, karena infrastruktur 6G harus hemat energi.
  • Software-defined networks (SDN) yang semakin pintar dan adaptif.

Bagi Software Engineer, ini berarti fokus penelitian bukan hanya pada performa, tapi juga pada efisiensi energi, reliability, dan interoperability di jaringan global.

4. Search-Based Software Engineering (SBSE)

Di dunia nyata, banyak masalah Software Engineering adalah masalah optimasi: memilih kombinasi requirement terbaik, mencari test case paling efektif, atau memutuskan strategi refactoring yang hemat biaya.

Di sinilah Search-Based Software Engineering (SBSE) memainkan peran penting. Teknik optimasi seperti genetic algorithm dan simulated annealing digunakan untuk:

  • Memilih subset test case yang mencakup 90% bug dengan biaya minimal.
  • Mencari pola refactoring otomatis untuk jutaan baris kode.
  • Mengatur jadwal proyek besar agar lebih realistis.

Menariknya, SBSE bukan sekadar riset abstrak. Banyak perusahaan sudah memakainya dalam skala industri untuk testing otomatis dan analisis sistem kompleks.

5. Ultra-Large-Scale Systems (ULSS)

Bayangkan sistem perangkat lunak sebesar Google, Facebook, atau sistem pertahanan militer—dengan jutaan baris kode, ribuan pengembang, dan miliaran pengguna aktif.

Sistem berskala ekstrem ini disebut Ultra-Large-Scale Systems (ULSS). Tantangan penelitian meliputi:

  • Bagaimana menjaga reliability dalam skala global?
  • Bagaimana sistem bisa berevolusi tanpa downtime?
  • Bagaimana mengelola technical debt dalam jutaan modul kode?

ULSS mendorong lahirnya metodologi baru dalam Software Engineering, termasuk integrasi DevOps skala planet, observabilitas real-time, hingga penggunaan AI untuk memprediksi kegagalan sistem.

6. Agent-Oriented Software Engineering (AOSE) dan Software Product Lines (SPL)

Pendekatan berbasis multi-agent systems makin populer dalam mengembangkan software yang otonom dan adaptif.

Tren terkini adalah menggabungkan AOSE dengan Software Product Lines (SPL). Tujuannya:

  • Membangun keluarga produk perangkat lunak dengan cepat.
  • Membuat agen cerdas yang dapat dikustomisasi sesuai domain (misalnya untuk logistik, kesehatan, atau keamanan).
  • Mengurangi biaya dengan reuse arsitektur agent di banyak proyek.

Hasilnya adalah software yang lebih fleksibel, modular, dan skalabel.

7. Fokus di Konferensi dan Journal Bergengsi

Beberapa konferensi internasional paling prestisius menunjukkan arah tren riset Software Engineering:

  • ICSE 2025 (International Conference on Software Engineering): Konferensi paling bergengsi yang merayakan ulang tahun ke-50. Fokus pada AI dalam SE, sustainability, dan DevOps masa depan.
  • FSE (Foundations of Software Engineering): Tahun ini banyak workshop membahas LLM dalam analisis aplikasi, continuous DevOps, dan etika AI dalam pengembangan software.
  • ASE (Automated Software Engineering): Fokus pada explainable AI, agen otonom untuk SE, dan modernisasi software berbasis AI.

Konferensi ini menjadi ajang adu gagasan mutakhir yang kelak akan membentuk standar industri. Selain konferensi, jurnal bereputasi tinggi juga menjadi wadah tren riset. Beberapa yang paling berpengaruh adalah:

  • IEEE Transactions on Software Engineering (TSE)
  • Empirical Software Engineering (EMSE)
  • Journal of Systems and Software (JSS)

Topik yang dominan di jurnal-jurnal ini mencakup AI untuk rekayasa perangkat lunak, reliability software, metodologi empiris, serta software architecture untuk sistem skala besar.

Kesimpulan

Software Engineering sedang memasuki babak baru. Dari Generative AI yang mulai mengambil alih tugas coding, komputasi kuantum yang menjanjikan terobosan radikal, hingga tantangan membangun sistem berskala planet, riset di bidang ini menjadi semakin relevan dan futuristik.

Namun, di balik semua teknologi canggih, ada satu benang merah: bagaimana menjembatani kebutuhan manusia dengan kompleksitas mesin. Software Engineering bukan hanya tentang kode, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem perangkat lunak yang dapat dipercaya, efisien, dan bermanfaat bagi masyarakat global.

Penulis :

Fiqri Ramadhan Tambunan, S.Kom., M.Kom

FDP Scholar

Referensi

  1. Research Papers on Software Engineering – PaperGuide.AI.
    https://paperguide.ai/papers/top/research-papers-software-engineering/?
  2. Quantum-Based Software Engineering (QBSE) – arXiv (2025).
    https://arxiv.org/abs/2505.23674?
  3. Software Engineering for 6G Networks – arXiv (2024).
    https://arxiv.org/abs/2405.05017?
  4. Search-Based Software Engineering – Wikipedia. Ultra-Large-Scale Systems – Wikipedia.
    https://en.wikipedia.org/wiki/Search-based_software_engineering
  5. Agent-Oriented Software Engineering – Wikipedia.
    https://en.wikipedia.org/wiki/Agent-oriented_software_engineering?
  6. ICSE 2025 Conference – Researchr.
    https://conf.researchr.org/home/icse-2025?
  7. Software Engineering Conference Deadlines 2025 – SE Deadlines.
    https://se-deadlines.github.io/?
  8. Top Journals in Software Engineering – Research.com.
    https://research.com/journals-rankings/computer-science/software-programming?