Apakah Data Science Akan Digantikan oleh AI dalam 10 Tahun ke Depan?
Source: Midjourney
Banyak pelajar dan mahasiswa hari ini bertanya: apakah profesi Data Scientist akan tergantikan oleh AI sepenuhnya dalam satu dekade ke depan? Pertanyaan ini mencuat akibat kemajuan pesat teknologi seperti ChatGPT, Copilot, dan AutoML yang mampu menganalisis data mentah dalam hitungan detik. Namun, studi dari McKinsey menunjukkan bahwa walau 78% perusahaan telah mengadopsi AI dalam satu fungsi bisnis, hanya 1% dari mereka yang menganggap integrasinya sudah matang [1]. Ini menandakan bahwa meskipun AI cepat, implementasinya tetap memerlukan peran manusia yang memahami konteks bisnis, etika data, dan interpretasi hasil. Microsoft Research memang memperlihatkan bahwa tugas-tugas seperti feature engineering dan visualisasi sederhana bisa diotomatisasi [2]. Tapi pekerjaan Data Scientist tidak berhenti di sana. Menurut Chris Mattmann dari NASA, storytelling, pemahaman domain, dan komunikasi hasil analitik masih memerlukan peran manusia yang tak tergantikan [3].
Laporan dari Investopedia juga memprediksi bahwa permintaan pekerjaan di sektor data justru meningkat—dengan Data Scientist termasuk salah satu profesi dengan pertumbuhan tercepat (42%) antara 2023–2033 [4]. Bahkan, integrasi AI justru mendorong kebutuhan terhadap keterampilan manusia seperti evaluasi bias, etika, dan pemaknaan data secara kontekstual [7]. Selain itu, studi dari arXiv menyebutkan bahwa soft skill seperti berpikir kritis, empati, dan kolaborasi menjadi faktor penting untuk bertahan di dunia data yang dikuasai AI [6]. Dalam dunia nyata, Data Scientist bukan hanya penulis kode, tapi juga penjaga etika dan nilai bisnis dari model yang digunakan.
Dalam 10 tahun ke depan, kita akan melihat pekerjaan teknis tingkat dasar digantikan oleh AI, seperti data cleaning atau model regresi standar. Namun peran Data Scientist akan berkembang menjadi AI Strategist, Prompt Architect, hingga Auditor Etika AI. Alih-alih punah, profesi ini justru berevolusi. Kesimpulannya, AI memang mengubah lanskap Data Science. Tapi bukan berarti menghilangkan perannya. Justru, mereka yang mampu menggabungkan kemampuan teknis, pemahaman domain, dan soft skill akan menjadi sangat dibutuhkan di masa depan.
Penulis:
Henry Lucky, S.Kom, M.Kom – Dosen Data Science
Referensi
[1] A. Singla et al., “The state of AI: How organizations are rewiring to capture value,” McKinsey, Mar. 2025.
[2] Microsoft Research, “Data Scientists on AI’s chopping block?” Times of India, Aug. 2025.
[3] C. Mattmann, “I was a data scientist at NASA. Here are 5 things to know before you enter the field as it evolves with AI.,” Business Insider, Mar. 2025.
[4] J. Bradley, “Is AI Going to Be a Killer or Creator of Tech Jobs?” Investopedia, Feb. 2025.
[5] T. Davenport & R. Bean, “Five Trends in AI and Data Science for 2025,” MIT Sloan Management Review, Jan. 2025.
[6] M. de Morais Leça & R. de Souza Santos, “Curious, Critical Thinker, Empathetic, and Ethically Responsible: Essential Soft Skills for Data Scientists in Software Engineering,” arXiv, Jan. 2025.
[7] E. Mäkelä & F. Stephany, “Complement or substitute? How AI increases the demand for human skills,” arXiv, Dec. 2024.
Comments :