Source: Pexels

Dalam dunia video game yang terus berkembang, alasan setiap orang bermain game ternyata sangat beragam. Ada yang bermain semata-mata untuk mencari hiburan dan melepas stres setelah beraktivitas seharian. Ada pula yang menjadikan game sebagai sarana bersosialisasi, berinteraksi dengan teman, atau bahkan membangun komunitas daring yang solid. Tak sedikit juga yang menganggap game sebagai ajang kompetisi untuk menunjukkan kemampuan dan pencapaian pribadi.

Untuk memahami keragaman motivasi tersebut, para peneliti dan pengembang game mengembangkan sebuah kerangka konseptual bernama Gamer Motivation Model. Model ini bertujuan untuk menjelaskan kebutuhan psikologis, sosial, dan emosional yang mendorong seseorang bermain game. Dengan kata lain, model ini membantu kita memahami mengapa setiap pemain memiliki cara dan alasan yang berbeda dalam menikmati permainan digital.

Apa itu Gamer Motivation Model?

Model ini pertama kali dipopulerkan oleh Nick Yee (2016) dari Quantic Foundry, sebuah lembaga riset yang berfokus pada perilaku pemain. Melalui survei terhadap puluhan ribu pemain game di seluruh dunia, model ini berhasil memetakan berbagai dimensi motivasi yang menjadi dasar preferensi pemain terhadap genre, mekanik, maupun gaya bermain tertentu.

Source : https://quanticfoundry.com/2015/12/15/handy-reference/

Kelebihan Gamer Motivation Model

Penerapan dari Gamer Motivation Model sendiri menyajikan berbagai kelebihan bagi para penggunanya, yakni sebagai berikut:

  1. Memahami Keragaman Pemain
    Model ini memberikan wawasan bahwa setiap gamer memiliki alasan unik dalam bermain. Ada yang mengejar pencapaian, ada yang lebih suka menjelajahi dunia fiksi, dan ada pula yang mencari koneksi sosial. Pemahaman ini membantu membentuk pandangan bahwa tidak ada satu tipe pemain yang sama, karena setiap pemain memiliki kebutuhan dan motivasi yang berbeda satu sama lain.
  2. Membantu Desain Game
    Bagi para game developer, Gamer Motivation Model menjadi alat yang sangat berguna untuk menciptakan pengalaman bermain yang lebih personal dan memuaskan. Misalnya, game kompetitif seperti MOBA atau battle royale membutuhkan sistem ranking, leaderboard, serta mekanisme matchmaking yang adil. Sebaliknya, game yang cenderung narrative-heavy seperti RPG menekankan cerita, karakter, dan atmosfer dunia untuk memperkuat aspek emosional dan imersi pemain.
  3. Meningkatkan Pemahaman Diri Gamer
    Bagi pemain, model ini bisa menjadi cermin untuk memahami preferensi pribadi. Mengapa seseorang lebih menikmati game open world seperti Genshin Impact, sementara yang lain lebih suka game cepat seperti Mobile Legends? Jawabannya dapat ditemukan dalam motivasi yang mendasari, apakah itu exploration, achievement, atau competition.

Kelemahan Gamer Motivation Model

Terlepas dari berbagai macam kelebihan yang muncul, Gamer Motivation Model juga memiliki keterbatasan sebagai berikut:

  1. Tidak Selalu Berlaku Secara Universal
    Model ini didasarkan pada survei yang mayoritas respondennya berasal dari kalangan gamer tertentu, sehingga mungkin tidak sepenuhnya mewakili semua budaya atau kelompok pemain di berbagai belahan dunia.
  2. Sulit Dikategorikan dengan Tepat
    Banyak pemain memiliki motivasi campuran yang tumpang tindih. Seorang gamer bisa saja menikmati aspek kompetisi sekaligus menyukai eksplorasi dunia fiksi. Hal ini membuat kategorisasi menjadi tidak selalu tegas dan bisa berubah tergantung konteks permainan.
  3. Dinamis dan Kontekstual
    Motivasi bermain tidak bersifat statis. Faktor seperti usia, tren game, lingkungan sosial, hingga fase kehidupan dapat memengaruhi alasan seseorang bermain. Misalnya, pemain yang dulu menyukai game kompetitif mungkin beralih ke game bertempo lambat seiring bertambahnya kesibukan.

Dimensi Utama dalam Gamer Motivation Model

Secara umum, Gamer Motivation Model membagi motivasi bermain ke dalam beberapa kategori utama:

  • Achievement: Dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti menaikkan level, mengumpulkan in-game item yang bersifat langka, atau menyelesaikan tantangan sulit. Pemain dengan motivasi ini biasanya fokus pada pencapaian pribadi dan penguasaan mekanik permainan.
  • Social: Kebutuhan untuk berinteraksi, bekerja sama, atau membangun hubungan dengan pemain lain. Multuplayer mode, guild, dan sistem komunikasi menjadi faktor penting bagi kelompok ini.
  • Immersion: Keinginan untuk tenggelam dalam dunia fiksi, cerita, dan karakter. Pemain dengan motivasi ini sering kali menikmati pengalaman naratif yang mendalam dan atmosfer yang imersif.
  • Competition: Semangat untuk bersaing dan membuktikan diri sebagai yang terbaik. Mereka menikmati sistem ranking, kompetisi antar pemain, dan kemenangan yang menegaskan kemampuan mereka.
  • Creativity: Kebutuhan untuk berkreasi dan mengekspresikan diri. Game seperti Minecraft atau The Sims menjadi ruang ideal untuk menyalurkan kreativitas melalui kustomisasi dan world-building.

Source :https://duniagames.co.id/discover/article/honkai-star-rail-vs-genshin-impact , https://duniagames.co.id/discover/article/perbandingan-honor-of-kings-dan-mobile-legends/en

Contoh Penerapan Gamer Motivation Model dalam Game

  • Genshin Impact: Pemain yang memiliki motivasi untuk mencari immersion cenderung menikmati alur cerita yang mendalam, desain karakter yang kuat, serta lore dunia Teyvat. Sementara pemain dengan motivasi achievement berfokus pada pencapaian level tinggi, mengumpulkan karakter langka, dan menaklukkan domain yang menantang.
  • Mobile Legends / Honor of Kings: Kedua game ini menghadirkan motivasi competition melalui sistem peringkat dan pertandingan ranked, serta aspek sosial melalui kerjasama tim dan komunikasi dalam permainan.
  • Minecraft: Game ini menjadi contoh ideal bagi pemain dengan motivasi creativity, karena memberikan kebebasan penuh untuk membangun dunia, struktur, atau bahkan mekanisme permainan mereka sendiri.
  • Honkai Star Rail: Menggabungkan elemen immersion dengan narasi mendalam dan desain karakter yang kuat, sekaligus memberikan kepuasan achievement melalui strategi dan tantangan pertempuran yang kompleks.

Gamer Motivation Model dalam Game Design

Bagi para pengembang, memahami Gamer Motivation Model sangat penting untuk merancang pengalaman bermain yang sesuai dengan target audiens. Jika target pemain adalah competitive gamer, maka fitur seperti sistem peringkat, reward, PvP, dan statistik performa harus menjadi prioritas utama. Sebaliknya, untuk pemain yang lebih menghargai narasi dan eksplorasi, pengembang perlu menonjolkan aspek dunia, karakter, serta cerita yang emosional dan menarik.

Sementara bagi pemain, model ini memberikan wawasan untuk memahami diri sendiri. Mengapa seseorang bisa menghabiskan berjam-jam dalam dunia open world, sementara yang lain hanya tertarik pada pertandingan singkat penuh aksi? Jawaban dari perbedaan ini terletak pada struktur motivasi yang membentuk perilaku dan preferensi mereka terhadap game.

Selain Gamer Motivation Model, ada pula Self-Determination Theory yang dapat digunakan untuk memahami lebih dalam mengenai dorongan pemain dalam memainkan berbagai game. Deretan teori ini dikemas dan menjadi bahan diskusi ketika menyoroti game design serta dalam mengembangkan produk seperti serious game dan gamification sebagai beberapa luaran yang dapat dihasilkan oleh mahasiswa program Game Application & Technology di BINUS University.

Kesimpulan

Gamer Motivation Model menunjukkan bahwa alasan orang bermain game tidaklah tunggal, melainkan beragam dan kompleks. Setiap pemain memiliki motivasi yang berbeda, mulai dari kebutuhan untuk berprestasi, bersosialisasi, berimajinasi, hingga berekspresi. Dengan memahami model ini, baik gamer maupun developer dapat melihat bahwa game bukan hanya sarana hiburan semata, tetapi juga wadah untuk belajar, berinteraksi, berkompetisi, dan menyalurkan kreativitas.

Game telah berevolusi menjadi media yang merefleksikan kebutuhan manusia akan tantangan, hubungan sosial, dan ekspresi diri. Melalui pemahaman mendalam terhadap motivasi pemain, industri game dapat terus berkembang menciptakan pengalaman yang lebih inklusif, memuaskan, dan bermakna bagi setiap individu.

Penulis

Riccardo Ardell Vinsensius – Mahasiswa Game Application & Technology
Chandra Saputra – Mahasiswa Game Application & Technology
Galih Dea Pratama, S.Kom., M.Kom. – Dosen Game Application & Technology

Referensi

  1. Yee, N. (2016). The Gamer Motivation Model. Quantic Foundry.
    https://quanticfoundry.com/2015/12/15/handy-reference/
  2. Ryan, R. M., Rigby, C. S., & Przybylski, A. (2006). The motivational pull of video games: A self-determination theory approach. Motivation and Emotion.
    https://selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2006_RyanRigbyPrzybylski_MandE.pdf
  3. Johnson, M. R., & Woodcock, J. (2019). The impacts of live streaming and Twitch.tv on the video game industry. Media, Culture & Society.
    https://www.researchgate.net/publication/329813250_The_impacts_of_live_streaming_and_Twitchtv_on_the_video_game_industry