Gambar 1: Boba 3 MR source: https://www.uploadvr.com/meta-boba-3-prototype-hands-on-ultra-wide-field-of-view-without-compromise/

Sejak kemunculan headset VR pertama seperti Oculus DK1 pada tahun 2013, pengalaman imersif menjadi tujuan utama industri. Namun, selama sepuluh tahun terakhir, perkembangan VR lebih berfokus pada resolusi, kecepatan refresh, dan keringkasan desain, sementara peningkatan field of view (FOV) cenderung stagnan di kisaran 90°-110°.

Meta melalui tim Display Systems Research (DSR) berusaha memecahkan stagnasi ini dengan menciptakan teknologi optik baru yang dapat memperluas pandangan tanpa harus membuat perangkat menjadi besar dan berat.

  1. Lahirnya Boba 2 dan Boba 3

Gambar 2: Meta’s chart of the field of view of Boba 2 Source: https://www.uploadvr.com/meta-boba-3-prototype-hands-on-ultra-wide-field-of-view-without-compromise/

Eksperimen dimulai dari Boba 1, prototipe dengan FOV 210° yang luar biasa lebar, tetapi dengan kompromi besar pada ukuran dan resolusi. Kemudian, melalui penelitian yang lebih maju, lahirlah Boba 2 dan Boba 3 dua versi yang berhasil menggabungkan lensa pancake ultra-wide dengan panel LCD beresolusi tinggi. Versi Boba 3 menggunakan layar 4K LCD dengan kepadatan sekitar 30 piksel per derajat (PPD), lebih tinggi dari Quest 3 yang memiliki 25 PPD. Dengan kata lain, perangkat ini mampu memberikan bidang pandang hampir 90% dari penglihatan manusia, melampaui Quest 3 yang hanya mencakup sekitar 46%. Hasilnya adalah pengalaman visual yang nyaris memenuhi seluruh pandangan pengguna, tanpa distorsi besar di tepi layer sebuah pencapaian yang sebelumnya sulit dicapai dalam VR.

  1. Sensasi Imersif yang Mendalam

Saat diuji langsung, Boba 3 memberikan kesan luar biasa: tampilan setajam Quest 3 namun mencakup area pandang yang jauh lebih luas. Gambar tampak hidup dan realistis tanpa efek “fish-eye” ekstrem. Pengguna melaporkan sensasi seolah benar-benar hadir di dunia virtual, bukan sekadar melihatnya dari balik layar. FOV ultra-lebar ini juga membawa keuntungan lain: pengguna dapat mempertahankan kesadaran terhadap objek di sekitar tanpa perlu banyak menggerakkan kepala. Dalam konteks gim, hal ini berarti pemain dapat melihat musuh datang dari samping lebih cepat. Dalam rapat virtual, pengguna dapat tetap melihat ekspresi peserta lain tanpa kehilangan fokus utama.

  1. Teknologi Passthrough dan Kinerja Teknis

Versi Boba 3 MR dilengkapi kamera depan yang memungkinkan mode mixed reality (MR) dalam seluruh bidang pandang ultra-lebar. Untuk mendukung hal ini, Meta mengembangkan chip FPGA khusus dengan koneksi fiber optic PCI-E agar dapat menangani aliran data dari dua kamera 20 megapiksel dengan latensi rendah. Namun, pada tahap ini sistem passthrough-nya belum memiliki koreksi kedalaman (depth-correct), sehingga masih muncul sedikit distorsi geometrik. Kendati demikian, Meta menegaskan bahwa hal ini bukan kendala permanen dan dapat ditingkatkan melalui pengembangan lebih lanjut.

  1. Rancangan yang Kokoh dan Dapat Disesuaikan
Headset Bidang Pandang Berat Tahun Rilis
Quest 3 108° × 96° 698 g 2023
Boba 2 180° × 120° 845 g 2024
Boba 3 180° × 120° 840 g 2025

 

Secara fisik, Boba 3 memiliki desain mirip Quest 3, hanya saja sedikit lebih berat karena lensa yang lebih besar. Struktur visor diperkuat dengan aluminium untuk menjaga kestabilan mekanis, menjadikan bobot totalnya sekitar 840 gram, atau 142 gram lebih berat dibanding Quest 3 dengan Elite Strap.

Menariknya, Boba 3 dilengkapi penyesuaian IPD per mata, kontrol jarak pandang, serta mekanisme visor yang dapat dibuka ke atas—fitur yang jarang ditemukan bahkan pada headset komersial.

 

Kesimpulan

Kehadiran Meta Boba 3 menandai titik balik penting dalam evolusi realitas virtual. Selama satu dekade terakhir, industri VR memang telah mencapai banyak kemajuan dalam hal resolusi, kecepatan, dan kenyamanan, namun bidang pandang tetap menjadi batas yang sulit ditembus. Melalui riset mendalam dan inovasi optik yang berani, Meta berhasil membuktikan bahwa bidang pandang ultra-lebar 180° × 120° dapat dicapai tanpa harus mengorbankan kualitas visual atau desain ergonomis.

Meskipun masih berstatus prototipe, Boba 3 menunjukkan masa depan VR yang lebih mendekati persepsi alami manusia lebih imersif, lebih luas, dan lebih realistis. Ia bukan hanya sekadar peningkatan teknis, melainkan langkah menuju pengalaman digital yang benar-benar menyatu dengan dunia nyata. Tantangan komputasi memang masih menjadi penghalang utama, namun dengan perkembangan cepat dalam GPU, foveated rendering, dan efisiensi daya, visi Meta ini bukan lagi sekadar mimpi.

 

Penulis: 

Samson Ndruru, S.Kom., M.Kom

Daftar Pustaka:

  1. Heaney, David. “Meta Boba 3 Prototype Hands-On: Ultra-Wide Field Of View Without Compromise.” UploadVR, 15 Agustus 2025