sourch:https://travestym.wordpress.com/year-12/design-fundamentals/design/unit-72-principles-of-games-design/

Perkembangan teknologi digital telah membawa transformasi besar dalam dunia hiburan interaktif, khususnya video game. Pada awal kemunculannya, interaksi antara pemain dan sistem game bersifat sederhana—pemain hanya menekan tombol untuk menggerakkan karakter atau menyelesaikan misi tertentu. Namun seiring dengan meningkatnya kemampuan grafis, kecerdasan buatan, dan konektivitas jaringan, bentuk interaksi ini berkembang menjadi jauh lebih kompleks dan mendalam. Salah satu manifestasi paling signifikan dari evolusi ini adalah munculnya model interaksi berbasis avatar (avatar-based interaction models), di mana pemain tidak lagi sekadar mengendalikan karakter, tetapi menjelma menjadi bagian dari dunia virtual yang mereka mainkan.

Dalam konteks ini, avatar berperan sebagai perpanjangan diri pemain di ruang digital—sebuah representasi identitas, emosi, dan perilaku yang dapat dikendalikan dan disesuaikan secara dinamis. Melalui avatar, pemain dapat berinteraksi dengan lingkungan, menyelesaikan tantangan, serta menjalin komunikasi sosial dengan pemain lain dari berbagai belahan dunia. Fenomena ini mengubah paradigma interaksi manusia–komputer (Human–Computer Interaction/HCI), di mana pengalaman bermain tidak lagi berfokus pada mekanisme kontrol semata, tetapi juga pada dimensi psikologis dan sosial dari keterlibatan pemain.

Model interaksi berbasis avatar telah menjadi elemen sentral dalam berbagai genre game, mulai dari role-playing games (RPG), massively multiplayer online games (MMO), hingga virtual reality (VR) experiences. Di baliknya, terdapat kombinasi teknologi seperti motion capture, artificial intelligence, dan real-time rendering yang memungkinkan interaksi terasa semakin realistis dan emosional. Artikel ini akan membahas secara mendalam konsep dasar, jenis-jenis interaksi avatar, serta dampak dan tantangan yang muncul dari penerapan model interaksi berbasis avatar dalam dunia video game modern.

Konsep Dasar Interaction Models

Model interaksi dalam game menggambarkan bagaimana pemain berinteraksi dengan sistem dan elemen di dalam game. Secara umum, interaction models dapat dibedakan menjadi tiga jenis utama:

  1. Direct Interaction Model – pemain langsung mengendalikan objek atau elemen dalam game tanpa perantara (misalnya pada game puzzle atau strategi).
  2. Avatar-Based Interaction Model – pemain berinteraksi melalui perwakilan karakter (avatar) di dunia virtual.
  3. Hybrid Interaction Model – gabungan antara kendali langsung dan penggunaan avatar.

Avatar-Based Interaction

Dalam model berbasis avatar, avatar berfungsi sebagai medium utama antara pemain dan dunia game. Melalui avatar, pemain dapat mengekspresikan identitas, melakukan tindakan, serta membangun hubungan sosial dengan pemain lain.
Contoh paling jelas dari model ini terdapat pada game RPG (Role-Playing Game) seperti The Elder Scrolls V: Skyrim, World of Warcraft, atau Genshin Impact, di mana pemain menciptakan dan mengembangkan karakter yang menjadi representasi diri mereka.

Jenis-Jenis Interaksi Berbasis Avatar

Avatar-based interaction mencakup berbagai bentuk interaksi, antara lain:

  • Environmental Interaction: avatar berinteraksi dengan objek atau lingkungan (membuka pintu, melompat, memanjat, dll).
  • Social Interaction: avatar berkomunikasi dengan avatar lain, baik melalui teks, suara, maupun ekspresi animasi.
  • Emotional Interaction: avatar menunjukkan emosi dan reaksi sesuai konteks permainan, membantu menciptakan pengalaman imersif bagi pemain.

source:https://kevinraayy.wordpress.com/cnpmno2/principles-of-game-design/

Teknologi di Balik Avatar Interaction

Kemajuan teknologi seperti motion capture, AI behavior systems, dan virtual reality (VR) memperkaya kualitas interaksi berbasis avatar. Misalnya:

  • Motion Capture (MoCap) digunakan untuk menciptakan gerakan realistis pada avatar.
  • AI Systems memungkinkan avatar merespons lingkungan atau pemain secara dinamis.
  • VR dan AR (Augmented Reality) menambah kedalaman interaksi dengan menghadirkan sensasi kehadiran nyata di dunia digital.

Dampak terhadap Pengalaman Pemain

Model interaksi berbasis avatar meningkatkan immersive experience dan player engagement. Pemain tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga aktor aktif yang merasakan keterlibatan emosional.
Selain itu, avatar menjadi alat penting untuk ekspresi diri dan identitas digital, di mana pemain dapat menyesuaikan tampilan, gaya, dan perilaku sesuai kepribadian mereka.

Tantangan dan Masa Depan

Meskipun avatar-based interaction membawa pengalaman yang kaya, tantangan tetap ada. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Keterbatasan ekspresi non-verbal yang alami.
  • Masalah representasi dan inklusivitas avatar.
  • Tantangan teknis seperti latency dan rendering real-time.

Ke depan, perkembangan metaverse dan AI-driven personalization diprediksi akan membawa avatar ke level yang lebih tinggi, di mana interaksi manusia–mesin akan semakin natural dan emosional. Interaction models, khususnya yang berbasis avatar, menjadi fondasi penting dalam evolusi video game. Dengan kemampuan untuk meniru, mengekspresikan, dan menghubungkan, avatar bukan hanya sekadar karakter digital tetapi juga jembatan antara dunia nyata dan virtual yang terus berkembang.

Memahami interaction model merupakan salah satu hal dasar dalam mendesain suatu game, membuat teori ini penting bagi seorang game designer. Teori interaction model ini dikemas pula menjadi materi pada Game Design sebagai bagian kurikulum dalam program Game Application & Technology di BINUS.

Penulis

  1. Daniel Suryanto – Mahasiswa Game Application & Technology
  2. Alexander Rafudi – Mahasiswa Game Application & Technology
  3. Mickael Louis Vigo – Mahasiswa Game Application & Technology
  4. Galih Dea Pratama, S.Kom., M.Kom. – Dosen Game Application & Technology

Referensi:

https://travestym.wordpress.com/year-12/design-fundamentals/design/unit-72-principles-of-games-deign/