Filter Bubble: Mengapa Internet Kita Tak Sama

Pernahkah kamu merasa bahwa media sosial atau hasil pencarian di internet selalu menampilkan hal-hal yang sesuai dengan ketertarikanmu? Misalnya, kamu sering menonton video teknologi, lalu YouTube terus merekomendasikan konten teknolgi. Atau, ketika kamu membaca berita politik tertentu, algoritma berita di ponselmu menampilkan sudut pandang yang sama terus menerus. Fenomena ini terjadi bukan kebetulan, inilah yang disebut dengan Filter Bubble.
Istilah filter bubble diperkenalkan oleh Eli Pariser pada tahun 2011 dalam bukunya The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. Di dalam bukunya tersebut, ia menggambarkan bagaimana algoritma internet dapat secara tidak sadar menutup kita dari pandangan yang berbeda, menciptakan gelembung / bubble informasi pribadi yang membuat dunia maya setiap orang menjadi unik.
Sumber: https://www.penguin.co.uk/books/181850/the-filter-bubble-by-pariser-eli/9780241954522
Apa Itu Filter Bubble?
Secara sederhana, filter bubble adalah situasi di mana algoritma hanya menampilkan informasi yang dianggap relevan dengan preferensi penggunanya. Platform seperti Google, Facebook, TikTok, dan YouTube menggunakan algoritma personalisasi untuk menyesuaikan konten dengan minat pengguna yang didasarkan dari beberapa hal berikut:
- Riwayat pencarian dan tontonan.
- Lokasi geografis.
- Akun yang diikuti atau disukai.
- Aktivitas seperti klik, komentar, dan waktu yang dihabiskan pada suatu konten.
Hasilnya, ketika dua orang mencari hal yang sama di Google, mereka bisa mendapatkan hasil pencarian yang berbeda. Bagi pengguna, ini terasa nyaman karena konten terasa sesuai selera. Namun di sisi lain, ini bisa membatasi wawasan dan memperkuat bias.
Bagaimana Filter Bubble Terjadi?
Filter bubble terbentuk melalui proses otomatis yang dilakukan oleh algoritma rekomendasi (recommender system) dan pe-ranking-an konten. Algoritma ini menggunakan AI dan machine learning untuk memprediksi konten mana yang kemungkinan besar akan kita klik. Prediksi ini didasarkan pada data perilaku pengguna sebelumnya.
Sebagai contoh:
Jika kamu sering membaca artikel tentang AI, maka media sosialmu akan menampilkan lebih banyak berita AI.
Jika kamu sering menonton konten hiburan ringan, algoritma akan menyembunyikan topik serius seperti ekonomi atau sains karena dianggap kurang menarik bagimu.
Efeknya adalah, lama-kelamaan kamu hanya melihat hal-hal yang memperkuat pandanganmu saja, membentuk bubble informasi di mana dunia terlihat sesuai dengan preferensimu sendiri.
Dampak Filter Bubble
Filter bubble memiliki dampak yang cukup besar, baik pada individu maupun masyarakat:
- Bias informasi meningkat.
Ini terjadi karena kita hanya melihat hal-hal yang kita setujui, pandangan kita terhadap dunia menjadi semakin sempit dan cenderung bias.
- Polarisasi sosial.
Dalam konteks politik, filter bubble dapat memperkuat perbedaan pandangan antar kelompok karena setiap kelompok hanya melihat informasi yang mendukung posisinya.
- Kurangnya paparan terhadap ide baru.
Algoritma membuat kita kehilangan kesempatan untuk menemukan hal-hal yang tidak kita cari tapi sebenarnya penting.
- Ketergantungan pada algoritma.
Kita menjadi pasif dalam memilih informasi, bergantung sepenuhnya pada rekomendasi sistem.
Apakah Filter Bubble Selalu Buruk?
Jawabannya adalah tidak. Tidak semua efek filter bubble itu negatif. Dalam konteks tertentu, personalisasi justru bisa membantu, contohnya:
- Efisiensi informasi: kamu bisa menemukan hal-hal yang relevan lebih cepat.
- Kenyamanan pengguna: pengalaman bermain di internet menjadi lebih menyenangkan dan fokus pada minat.
Namun, permasalahannya muncul ketika algoritma tidak transparan dan pengguna tidak menyadari bahwa mereka sedang berada dalam bubble. Tanpa kesadaran itu, kita bisa terjebak dalam bias yang tidak terlihat.
Bagaimana Menghindari Filter Bubble
Meskipun tidak bisa dihindari sepenuhnya, kita dapat mengurangi efeknya dengan beberapa langkah sederhana:
- Gunakan mode incognito saat mencari topik baru agar hasil tidak dipengaruhi oleh riwayat pribadi.
- Ikuti berbagai sumber berita dengan pandangan berbeda, termasuk media internasional.
- Sadar akan algoritma. Dari bahwa tidak semua yang muncul di beranda adalah hal yang objektif.
Penutup
Internet yang kita lihat bukanlah dunia yang sama bagi semua orang. Filter bubble membuat pengalaman digital kita menjadi sangat personal, di sisi lain juga penuh dengan jebakan. Kesadaran / awareness adalah hal pertama yang perlu kita miliki di era sekarnag ini. Dengan mencari perspektif baru, membaca dari berbagai sumber, dan tidak hanya mengandalkan algoritma, kita bisa menjadikan internet tempat yang lebih terbuka dan beragam.
Penulis
Muhammad Alfhi Saputra, S.Kom., M.Kom.
Referensi
Pariser, E. (2011). The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. Penguin Press.
How filter bubbles isolate you. https://edu.gcfglobal.org/en/digital-media-literacy/how-filter-bubbles-isolate-you/1/
How algorithms and filter bubbles decide what we see on social media. https://www.bbc.co.uk/bitesize/articles/zd9tt39
Comments :