(Sumber: Courtesy of Unsplash)

Setiap hari, kita membuka media sosial dan melihat deretan konten yang seolah “cocok” dengan minat kita. Video yang membuat kita tertawa, berita yang sesuai pandangan kita, hingga rekomendasi teman yang terasa akurat—semua itu dikendalikan oleh algoritma.

Namun bagaimana algoritma menentukan konten mana yang muncul di feed kita? Mengapa setiap orang melihat hal yang berbeda?

Apa yang Dilakukan Algoritma Media Sosial?

Algoritma media sosial pada dasarnya adalah sistem otomatis yang memprediksi konten apa yang paling membuat kita tertarik. Prediksi ini dibuat berdasarkan pola perilaku kita selama menggunakan platform.

Algoritma tidak memilih konten secara acak. Setiap klik, like, save, share, komentar, dan durasi menonton membentuk profil preferensi yang kemudian digunakan untuk memilihkan konten berikutnya.

Tujuannya sederhana: menjaga kita tetap berada di aplikasi selama mungkin.

Data Apa Saja yang Dipakai Algoritma?

(Sumber: Courtesy of Unsplash)

 Untuk membuat prediksi yang akurat, platform media sosial memonitor beberapa jenis data:

  1. Interaksi langsung
    Like, komentar, share, dan follow menunjukkan minat kita secara jelas.
  2. Perilaku pasif
    Durasi menonton video, seberapa cepat kita scroll, dan konten mana yang kita abaikan—semuanya direkam sebagai sinyal minat.
  3. Jejaring sosial
    Konten dari teman dekat atau akun yang sering kita kunjungi lebih diprioritaskan.
  4. Konteks waktu dan tren
    Konten yang baru, viral, atau relevan dengan peristiwa harian lebih sering muncul di feed.

Data-data ini digabungkan untuk memprediksi konten yang paling mungkin membuat kita bertahan di platform.

Filter Bubble: Ketika Algoritma Mengurung Kita

(Sumber: Courtesy of Unsplash)

 Salah satu konsekuensi algoritma adalah terbentuknya filter bubble—ruang informasi sempit yang hanya berisi konten sesuai pandangan kita.

Akibatnya:

  • kita jarang melihat sudut pandang yang berbeda
  • opini pribadi terasa selalu benar
  • informasi menjadi satu sisi
  • potensi miskonsepsi meningkat

Fenomena ini dapat memengaruhi cara kita menilai dunia, mulai dari isu politik, budaya, hingga gaya hidup.

Mengapa Feed Setiap Orang Berbeda?

(Sumber: Courtesy of Unsplash)

Feed media sosial dirancang khusus untuk setiap pengguna. Bahkan dua orang yang tinggal serumah dan mengikuti akun yang sama dapat melihat konten sepenuhnya berbeda.

Perbedaan ini disebabkan oleh:

  • variasi kebiasaan scroll
  • interaksi dengan jenis konten tertentu
  • perbedaan minat mikro (misalnya: satu suka komedi, satu suka fakta ilmiah)
  • durasi penggunaan aplikasi
  • tren lokal berdasarkan lokasi

Pada akhirnya, setiap feed adalah cerminan unik dari perilaku digital kita.

Apakah Algoritma Merugikan Pengguna?

Algoritma memiliki sisi positif dan negatif.

Dampak Positif

  • mempermudah menemukan konten relevan
  • membuat pengalaman lebih personal
  • membantu pembelajaran lewat rekomendasi yang sesuai minat

Dampak Negatif

  • mengurangi keberagaman informasi
  • meningkatkan risiko bias
  • membuat pengguna lebih rentan terhadap misinformasi
  • berpotensi meningkatkan kecanduan digital

Pemahaman tentang cara kerja algoritma dapat membantu kita menggunakan media sosial dengan lebih bijak.

Kesimpulan

Algoritma media sosial bekerja dengan menganalisis perilaku pengguna untuk menentukan konten yang paling menarik bagi setiap individu. Sifatnya yang sangat personal membuat feed setiap orang berbeda. Meski bermanfaat, algoritma juga dapat menciptakan bias informasi yang perlu disadari oleh pengguna.

Dengan memahami cara kerja algoritma, kita dapat mengendalikan pengalaman digital kita—bukan sebaliknya.

 

Penulis 

Dr. Hidayaturrahman, S.Kom., M.T.

 

Referensi

Bakshy, E., Messing, S., & Adamic, L. A. (2015). Exposure to ideologically diverse news and opinion on Facebook. Science, 348(6239), 1130–1132.

Pariser, E. (2011). The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. Penguin Press.

Cinelli, M., et al. (2021). The echo chamber effect on social media. PNAS, 118(9).