(Sumber: Courtesy of Unsplash)

Di tengah derasnya arus digital, banyak anak muda kini mulai menyadari bahwa terlalu banyak waktu layar membuat hidup tidak fokus, mudah cemas, dan cepat lelah. Tahun 2025 menandai semakin kuatnya tren digital minimalism—gaya hidup yang mengutamakan penggunaan teknologi secara sadar, terarah, dan secukupnya.

Digital minimalism bukan tentang anti-teknologi. Justru sebaliknya, ini tentang menggunakan teknologi dengan lebih bijak, hanya ketika benar-benar memberikan nilai.

Apa Itu Digital Minimalism?

(Sumber: Courtesy of Unsplash)

 Digital minimalism adalah pendekatan hidup yang berfokus pada:

  • mengurangi penggunaan perangkat digital yang tidak perlu
  • menghindari konsumsi konten berlebihan
  • mengutamakan kualitas interaksi, bukan kuantitas
  • menggunakan teknologi hanya untuk tujuan yang jelas

Tujuannya bukan sekadar “menghabiskan waktu lebih sedikit di smartphone”, tetapi menciptakan ruang untuk hidup yang lebih fokus, tenang, dan produktif.

Mengapa Banyak Anak Muda Mengikuti Tren Ini?

(Sumber: Courtesy of Unsplash)

 Ada beberapa alasan mengapa digital minimalism semakin populer:

  1. Kelelahan Mental Akibat Konten Berlebihan

Selama pandemi dan setelahnya, kebiasaan scrolling meningkat drastis. Efeknya adalah kelelahan mental yang membuat anak muda mencari cara untuk menata hidup kembali.

  1. Kesadaran akan Kesehatan Mental

Anak muda semakin peka pada isu kecemasan, stress, dan overthinking. Batasi penggunaan digital terbukti membantu menurunkan tekanan psikologis.

  1. Ingin Hidup Lebih Fokus

Mereka menyadari bahwa multitasking digital melemahkan konsentrasi dan produktivitas. Digital minimalism menawarkan gaya hidup yang lebih sederhana dan fokus.

  1. Kembali ke Interaksi Dunia Nyata

Ada keinginan untuk membangun koneksi yang lebih autentik dibanding sekadar likes dan komentar.

Bagaimana Prinsip Dasar Digital Minimalism Bekerja?

Digital minimalism biasanya mengikuti tiga prinsip sederhana:

  1. Intentional Use

Sebelum membuka aplikasi, seseorang bertanya: “Apa tujuan saya sekarang?”
Jika tidak ada tujuan jelas, aplikasi tidak dibuka.

  1. High-Value Tech Only

Hanya teknologi yang benar-benar memberikan manfaat nyata yang dipakai. Contohnya:

  • aplikasi belajar
  • kalender digital
  • pencatat tugas
  • manajemen dokumen
  • platform riset atau pendidikan

Aplikasi yang hanya memicu scrolling tanpa arah mulai dikurangi.

  1. Digital Decluttering

Membersihkan hal-hal digital seperti:

  • unsubscribing newsletter
  • menghapus aplikasi yang tidak dipakai
  • mematikan notifikasi tidak penting
  • merapikan sosial media

Tujuannya memberi ruang mental yang lebih bersih.

Manfaat Digital Minimalism bagi Siswa SMA dan Mahasiswa

(Sumber: Courtesy of Unsplash)

 Keuntungan terbesar terasa pada area:

  1. Fokus Belajar Meningkat

Kurangnya gangguan membuat belajar lebih efektif dan cepat dipahami.

  1. Kesehatan Mental Lebih Stabil

Berkurangnya paparan perbandingan sosial dan konten negatif.

  1. Produktivitas Naik

Waktu yang tidak terbuang scrolling dapat dialihkan untuk aktivitas bermanfaat.

  1. Hubungan Sosial Lebih Berkualitas

Lebih banyak waktu untuk interaksi dunia nyata, bukan hanya interaksi layar.

Kenapa Tren Ini Berpotensi Semakin Besar di 2025?

Karena:

  • semakin banyak influencer yang mempromosikan digital detox
  • algoritma semakin agresif, membuat orang ingin “lepas”
  • generasi muda mengutamakan kesehatan mental
  • munculnya jurnal, studi, dan podcast tentang mindful living

Digital minimalism bukan sekadar tren sesaat—ia menjadi respons alamiah terhadap dunia yang semakin ramai dan melelahkan secara digital.

Kesimpulan

Digital minimalism adalah gerakan anak muda yang ingin hidup lebih sadar, lebih fokus, dan lebih tenang di tengah derasnya arus informasi digital. Dengan meminimalisir penggunaan teknologi yang tidak perlu, setiap orang dapat mendapatkan kembali kendali atas waktu, perhatian, dan ketenangan pikiran.

 

Penulis 

Dr. Hidayaturrahman, S.Kom., M.T.

 

Referensi

Newport, C. (2019). Digital Minimalism: Choosing a Focused Life in a Noisy World. Portfolio.

Kuss, D. J., & Griffiths, M. D. (2017). Social Networking Sites and Addiction: Ten Lessons Learned. International Journal of Environmental Research and Public Health, 14(3), 311.

Johnson, N. (2020). Technology overload and digital well-being among young adults. Computers in Human Behavior, 110, 106383.