Kenapa Aplikasi Favorit Kita Bisa Bikin Ketagihan?

(Sumber: Courtesy of Unsplash)
Pernahkah kamu berniat membuka aplikasi hanya sebentar, tetapi berakhir menghabiskan waktu 30 menit bahkan 1 jam? Fenomena ini bukan kebetulan. Banyak aplikasi dirancang dengan prinsip psikologi tertentu untuk membuat pengguna betah berlama-lama.
Ketika kita memahami bagaimana aplikasi bekerja, kita bisa mengendalikan penggunaan digital dengan lebih baik.
- Desain Berbasis Dopamin

(Sumber: Courtesy of Unsplash)
Banyak aplikasi terutama media sosial menggunakan desain yang memicu dopamin, zat kimia otak yang terkait dengan rasa senang dan ketagihan.
Setiap kali kita menerima:
- like
- komentar
- followers baru
- notifikasi
- konten yang sesuai minat
otak mengeluarkan dopamin dalam jumlah kecil. Kombinasi kecil tetapi sering ini menciptakan pola perilaku yang mendorong kita untuk kembali membuka aplikasi.
Inilah mengapa scrolling terasa sulit dihentikan.
- Infinite Scroll Membuat Kita Tidak Menyadari Waktu

(Sumber: Courtesy of Unsplash)
Konsep infinite scroll memungkinkan pengguna melihat konten tanpa henti tanpa perlu menekan tombol berikutnya.
Akibatnya:
- otak kehilangan “penanda akhir”
- kita lupa waktu
- tidak ada pemicu untuk berhenti
Desain ini diciptakan untuk memaksimalkan waktu penggunaan aplikasi.
- Notifikasi yang Mengacaukan Fokus

(Sumber: Courtesy of Unsplash)
Notifikasi adalah salah satu cara paling efektif untuk memanggil kita kembali ke aplikasi. Bahkan ikon merah kecil pada aplikasi dirancang untuk menciptakan rasa ingin tahu atau ketidaknyamanan ringan.
Notifikasi membuat kita:
- menghentikan aktivitas penting
- sering mengecek smartphone
- merasa takut ketinggalan (FOMO)
- sulit fokus jangka panjang
Aplikasi memanfaatkan kecenderungan otak untuk merespons stimulus baru.
- Personalisasi Algoritma yang Sangat Akurat
Algoritma aplikasi belajar dari kebiasaan pengguna:
- video apa yang ditonton sampai habis
- postingan apa yang disukai
- akun apa yang sering dikunjungi
- konten apa yang di-scroll cepat
Dari pola ini, aplikasi menyajikan konten yang sangat sesuai preferensi. Semakin akurat algoritma, semakin tinggi kemungkinan pengguna bertahan lama.
Inilah alasan mengapa setiap feed terasa “cocok sekali dengan kita”.
- Mekanisme Reward Tidak Terduga
Aplikasi menggunakan variable reward system—penghargaan yang muncul secara acak.
Contohnya:
- tiba-tiba mendapatkan komentar
- video viral tanpa diduga
- postingan teman yang menarik
- rekomendasi konten yang pas
Reward yang tidak bisa diprediksi lebih memicu ketagihan dibanding reward rutin. Otak terus berharap menemukan hal menarik berikutnya.
- Konten Cepat yang Mengikat Perhatian
Format konten pendek seperti Reels, Shorts, dan TikTok dirancang untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam hitungan detik. Konten cepat membuat otak terbiasa mendapatkan stimulasi instan.
Akibatnya:
- kita ingin terus menonton konten berikutnya
- sulit kembali ke tugas yang membutuhkan fokus panjang
- waktu terasa berjalan lebih cepat
Konten pendek terbukti meningkatkan kecenderungan mindless scrolling.
Kesimpulan
Aplikasi favorit kita dirancang dengan memahami cara kerja otak: dopamin, notifikasi, algoritma, dan mekanisme reward. Semua ini membuat aplikasi terasa menyenangkan sekaligus membuat kita sulit berhenti.
Dengan memahami desain di balik aplikasi, kita bisa mengendalikan penggunaan teknologi dengan lebih sadar—agar aplikasi tetap menjadi alat, bukan jebakan.
Penulis
Hidayaturrahman
Referensi
Alter, A. (2017). Irresistible: The Rise of Addictive Technology and the Business of Keeping Us Hooked. Penguin Press.
Montag, C., & Walla, P. (2016). Carpe diem instead of losing your social mind: Digital overuse and media addiction. International Journal of Environmental Research and Public Health, 13(8), 789.
Turel, O., Serenko, A., & Giles, P. (2011). Integrating technology addiction and use: An empirical investigation of online user behavior. MIS Quarterly, 35(4), 1043–1061.
Comments :