Jakarta, 3 Februari 2025 – Dosen School of Computer Science, Dr. Alexander Agung Santoso Gunawan, yang juga menjabat sebagai Head of Data Science Program serta Research Interest Group (RIG) Leader Geo-Eco AI, turut serta dalam diskusi hasil riset bertajuk “Tantangan dan Implikasi Hilirisasi Mineral di Indonesia.” Acara ini diselenggarakan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, bertempat di Hutan Kota by Plataran, Ruang Indonesia Raya. Diskusi ini menghadirkan berbagai pakar dan akademisi untuk membahas perkembangan serta tantangan hilirisasi mineral dalam konteks ekonomi dan investasi nasional.

Sebagai salah satu pembicara utama, Dr. Alexander memaparkan hasil risetnya yang berjudul “Model Diplomasi Investasi Indonesia.” Riset ini menyoroti strategi diplomasi investasi berbasis mahadata (big data) dan kecerdasan buatan (AI), serta bagaimana penerapan teknologi tersebut dapat meningkatkan efektivitas kebijakan hilirisasi mineral dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

Menurut Dr. Alexander, penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan mahadata dan kecerdasan buatan mampu memberikan wawasan yang lebih akurat dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan hilirisasi. Studi yang dilakukan oleh tim BINUS University ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis data dapat membantu Indonesia dalam menyusun strategi investasi yang lebih terukur dan adaptif.

Dari hasil diskusi ini, beberapa rekomendasi utama yang diajukan meliputi:

  • Peningkatan Infrastruktur – Pemerintah perlu mempercepat pembangunan smelter dan memastikan pasokan energi yang memadai guna mendukung industri hilirisasi.
  • Penguatan Diplomasi Ekonomi – Indonesia harus memperkuat posisi dalam negosiasi di forum internasional seperti World Trade Organization (WTO) untuk menghindari dampak negatif dari potensi sengketa perdagangan.
  • Pemanfaatan Teknologi dan Mahadata – Penggunaan AI dan mahadata dalam perumusan kebijakan dapat meningkatkan efisiensi serta efektivitas pelaksanaan strategi hilirisasi.
  • Keberlanjutan dan ESG (Environmental, Social, and Governance) – Kebijakan hilirisasi harus memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan agar tidak menimbulkan dampak negatif jangka panjang bagi ekosistem dan masyarakat.

Diskusi ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi perumusan kebijakan yang lebih komprehensif dan berbasis data dalam mendukung hilirisasi mineral di Indonesia. Dengan pendekatan yang tepat, hilirisasi mineral tidak hanya berpotensi meningkatkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global.