Figure 1. Ilustrasi blockchain sebagai teknologi pendukung Web3 (AI Generated)

 

Coba kita bayangkan internet di era 1990-an. Saat itu, halaman web hanya berisi teks polos tidak ada tombol like, kolom komentar, atau video streaming. Kita benar-benar hanya bisa membaca, itu pun kalau koneksi dial-up-nya tidak terputus. Sekarang, semuanya berubah drastis. Kita bisa berbagi foto di Instagram, menonton YouTube, bahkan belanja dari rumah lewat e-commerce. Ini menunjukkan betapa cepat dan besarnya evolusi internet. Nah, setelah era Web1 dan Web2, kini muncul istilah Web3. Mungkin terdengar seperti istilah teknis yang rumit, tapi sebenarnya penting juga untuk kita pahami. Apa sih bedanya ketiganya? Dan kenapa kita perlu peduli?

Figure 2. Perbedaan Web1, Web2, dan Web3 (https://www.theinsaneapp.com/2022/08/web3.html)

Apa Itu Web1, Web2, dan Web3?

Web1: Era Awal Internet (Read-Only)

Web1 muncul sekitar awal 1990-an hingga awal 2000-an. Di masa ini, internet ibarat buku digital kita hanya bisa membaca informasi yang disediakan, tanpa bisa membalas, memberi komentar, atau ikut berkontribusi. Contohnya? Website berita zaman dulu, atau halaman HTML yang tampilannya sangat sederhana. Bagi generasi sekarang, Web1 mungkin terasa “sepi”, karena hampir tidak ada interaksi.

Web2: Era Interaktif (Read & Write)

Masuk ke tahun 2004-an, internet mulai terasa lebih hidup. Kita memasuki era Web2 dimana pengguna tidak hanya bisa membaca, tapi juga ikut menulis, mengunggah, dan berinteraksi. Inilah era media sosial, blog, YouTube, marketplace online, dan lainnya. Di sinilah muncul istilah user generated content yang artinya siapa pun bisa jadi kreator, dari mana saja.

Web3: Era Kepemilikan (Read, Write, Own)

Web3 adalah fase berikutnya dari perkembangan internet, dan masih terus berkembang. Bedanya, Web3 menekankan pada kepemilikan digital dan desentralisasi. Yang artinya, data dan aset digital tidak lagi dikendalikan oleh segelintir perusahaan besar, tapi bisa dimiliki langsung oleh pengguna.

Teknologi yang mendukung Web3 antara lain:

  1. Blockchain: database terdistribusi yang aman dan transparan
  2. Smart Contract: program otomatis yang berjalan di blockchain
  3. NFT & Cryptocurrency: bentuk aset digital yang bisa dimiliki dan diperdagangkan

Contoh nyatanya bisa kita lihat pada marketplace NFT, aplikasi DeFi (decentralized finance), atau game berbasis blockchain.

 

Perbedaan Utama Web1, Web2, Web3

Aspek Web1 (Read) Web2 (Read & Write) Web3 (Own)
Konten Statis, cenderung interaksi satu arah Dinamis & Interaktif Desentralisasi, berbasis blockchain
Peran User Pembaca pasif Pembuat sekaligus konsumen Pemilik data & aset digital
Contoh Blog HTML, portal berita dan artikel Instagram, Youtube, Tokopedia OpenSea, DeFi, Apps, GameFi

 

Kenapa Web3 Penting?

Web3 sering disebut sebagai masa depan internet, dan bukan tanpa alasan. Beberapa hal yang membuatnya penting:

  1. Kontrol atas data pribadi: pengguna punya hak penuh atas datanya
  2. Potensi ekonomi digital: aset digital bisa diperdagangkan secara global
  3. Inovasi aplikasi: Web3 bisa dipakai untuk pendidikan, kesehatan, logistik, dll
  4. Kolaborasi global: siapa saja bisa berpartisipasi, tanpa batas geografis

Tapi tentu, tidak semuanya mulus. Web3 masih menghadapi tantangan seperti regulasi yang belum matang, risiko keamanan, dan tingkat adopsi masyarakat yang masih rendah.

 

Kenapa Perlu Dipahami?

Memahami Web3 bukan hanya tugas para teknisi atau developer, melainkan tanggung jawab kita semua sebagai pengguna internet sehari-hari. Hal ini penting karena dunia digital terus berkembang dan berubah. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu memahaminya seperti agar tidak tertinggal tren, membuka peluang karir dan bisnis baru, serta agar kita bisa lebih kritis dan tidak mudah terbawa arus hype tanpa memahami esensinya.

 

Kesimpulan

Dari Web1 yang hanya bisa dibaca, ke Web2 yang mengajak kita berinteraksi, hingga Web3 yang menawarkan kepemilikan digital evolusi internet terus bergerak maju. Web3 memang masih dalam tahap awal, tapi potensinya besar. Ini bukan sekadar tren, melainkan fondasi baru bagi dunia digital yang lebih inklusif dan inovatif. Sebagai generasi digital, memahami arah perkembangan ini adalah langkah penting agar kita tidak hanya menjadi penonton, tapi bisa ikut ambil bagian dalam membentuk masa depan internet.

 

Penulis

Emmanuel Daniel Widhiarto S.Kom – FDP Scholar

 

Referensi

Berners-Lee, T. (2006). History of the Web. W3C. https://www.w3.org/History.html

O’Reilly, T. (2005). What is Web 2.0. O’Reilly Media. https://www.oreilly.com/pub/a/web2/archive/what-is-web-20.html

Ethereum Foundation. (2021). What is Web3? https://ethereum.org/en/web3/