Source: Midjourney

Dalam dunia Augmented Reality (AR), terdapat dua pendekatan utama dalam sistem pelacakan dan pengenalan target, yaitu marker-based dan markerless. Kedua metode ini memiliki peran penting dalam menentukan bagaimana elemen virtual dapat muncul dan berinteraksi dengan lingkungan nyata. Marker-based AR menggunakan marker sebagai penanda visual yang membantu sistem mengenali posisi dan orientasi di dunia nyata. Marker biasanya berupa gambar, simbol, atau pola geometris dengan kontras tinggi yang dapat dikenali oleh kamera perangkat. Ketika kamera mendeteksi marker, sistem AR menghitung posisi dan arah marker tersebut, lalu menempatkan objek virtual secara tepat pada lokasi yang sesuai. Dengan demikian, elemen digital dapat “menempel” pada dunia nyata secara presisi dan responsif terhadap pergerakan pengguna.

Sumber: Konsep dasar yang biasa digunakan dalam AR (Malta et al., 2023)

Prinsip Kerja Marker-Based AR

Teknologi Marker-Based Augmented Reality menggabungkan lingkungan fisik dengan elemen virtual yang dihasilkan komputer secara real-time. Sistem ini bekerja melalui proses pelacakan (tracking) dan pengenalan (detection) marker, yang kemudian digunakan untuk menghitung pose estimation yakni posisi dan orientasi kamera terhadap marker.

Proses tersebut memungkinkan elemen digital, seperti model 3D, teks, atau animasi, muncul di atas objek nyata dengan akurasi tinggi. Akurasi ini bergantung pada kemampuan sistem untuk mengenali marker secara stabil di berbagai kondisi lingkungan, termasuk pencahayaan dan sudut pandang. Marker-based AR memiliki peran penting dalam menciptakan pengalaman immersive 3D, karena sistem dapat melacak marker dan memperbarui posisi objek virtual sesuai gerakan kamera secara terus-menerus.

Karakteristik Utama Sistem Marker-Based AR

Sistem berbasis marker memiliki sejumlah ciri khas yang membedakannya dari pendekatan lain:

  1. Pola dengan Kontras Tinggi – Marker umumnya berupa bentuk geometris sederhana, seperti persegi dengan latar putih dan tepi hitam, agar mudah dideteksi oleh algoritma komputer.
  2. ID Unik – Setiap marker mengandung kode identifikasi yang berbeda, memungkinkan sistem mengenali berbagai marker dalam satu lingkungan secara bersamaan.
  3. Interaksi Real-Time – Sistem mampu mendeteksi posisi marker secara langsung dan memperbarui tampilan objek virtual sesuai dengan perubahan sudut pandang pengguna, menciptakan kesan interaktif dan responsif.

 

Kesimpulan

Marker-Based Augmented Reality merupakan pendekatan klasik namun tetap esensial dalam pengembangan sistem AR modern. Dengan memanfaatkan marker visual sebagai titik acuan, sistem dapat menempatkan objek virtual secara akurat dan interaktif di atas dunia nyata. Meskipun teknologi markerless kini semakin berkembang, metode berbasis marker masih menjadi pilihan utama untuk aplikasi pendidikan, riset, dan prototipe AR, karena kemudahan implementasi, efisiensi komputasi, serta keandalan pelacakan. Seiring meningkatnya kemampuan kamera dan algoritma pengenalan visual, marker-based AR terus berevolusi untuk mendukung pengalaman pengguna yang semakin realistis dan imersif.

Penulis: 

Samson Ndruru, S.Kom., M.Kom. (FDP Scholar)

Daftar Pustaka:

  1. Cassell, J. (2005). Advances in Natural Multimodal Dialogue Systems (Issue January 2005). https://doi.org/10.1007/1-4020-3933-6
  2. Reinhardt, J., Hillen, L., & Wolf, K. (2020). Embedding conversational agents into ar: Invisible or with a realistic human body? TEI 2020 – Proceedings of the 14th International Conference on Tangible, Embedded, and Embodied Interaction, 299–310. https://doi.org/10.1145/3374920.3374956