Software engineering (rekayasa perangkat lunak) terus berkembang seiring kemajuan teknologi digital, kebutuhan industri, serta perubahan perilaku pengguna. Dalam satu dekade terakhir, kita telah menyaksikan transformasi besar melalui pendekatan Agile, DevOps, cloud computing, dan integrasi kecerdasan buatan (AI). Namun, bagaimana software engineering akan berkembang dalam 10 tahun ke depan? Artikel ini membahas tren, tantangan, serta prediksi arah masa depan rekayasa perangkat lunak berdasarkan literatur dan inovasi terbaru. 

1. Integrasi Kecerdasan Buatan dan Otomatisasi 

Salah satu perkembangan utama adalah integrasi mendalam AI dalam proses pengembangan perangkat lunak. AI tidak hanya akan digunakan untuk meningkatkan fungsionalitas produk, tetapi juga dalam menulis kode, mendeteksi bug, hingga memperkirakan risiko proyek secara otomatis. Dengan kemajuan seperti code generation menggunakan model LLM (Large Language Models), pengembangan perangkat lunak akan lebih cepat dan efisien (Zhou et al., 2023). 

Alat seperti GitHub Copilot dan Amazon CodeWhisperer menunjukkan bagaimana AI mulai menjadi “asisten” bagi pengembang. Dalam 10 tahun ke depan, diperkirakan akan muncul paradigma baru yang disebut AI-augmented software engineering, di mana peran manusia lebih fokus pada desain dan pengambilan keputusan strategis. 

2. Perkembangan Metodologi dan Model Kerja 

Metodologi Agile dan DevOps akan terus berevolusi, dengan pendekatan yang lebih adaptif seperti Value Stream Management dan Platform Engineering. Fokus akan bergeser dari hanya “cepat mengirimkan perangkat lunak” menjadi “mengirimkan nilai bisnis yang terukur dan berkelanjutan” (Forsgren et al., 2021). 

Selain itu, kerja jarak jauh (remote) yang menjadi tren sejak pandemi COVID-19 akan tetap bertahan. Hal ini mendorong adopsi sistem kolaboratif berbasis cloud dan tool engineering berbasis web yang mendukung pengembangan terdistribusi secara global. 

3. Low-Code/No-Code Development 

Penggunaan platform low-code dan no-code akan meningkat tajam. Teknologi ini memungkinkan pengguna non-teknis untuk membuat aplikasi tanpa menulis banyak kode. Meskipun tidak menggantikan peran software engineer sepenuhnya, teknologi ini akan memperluas siapa saja yang bisa berkontribusi dalam pengembangan sistem, terutama dalam pengembangan prototipe dan aplikasi bisnis internal (Gartner, 2022). 

Dalam 10 tahun ke depan, software engineer diharapkan tidak hanya menjadi penulis kode, tetapi juga orchestrator dari berbagai komponen visual, API, dan layanan cloud. 

4. Keamanan dan Etika dalam Pengembangan 

Seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat pada sistem digital, perhatian terhadap keamanan perangkat lunak akan semakin meningkat. Secure by design akan menjadi prinsip standar dalam pengembangan perangkat lunak masa depan, didukung oleh alat analitik keamanan otomatis sejak tahap awal SDLC (Software Development Life Cycle) (NIST, 2022). 

Selain keamanan, isu etika juga menjadi perhatian. Penggunaan data, pengaruh algoritma, dan transparansi sistem cerdas akan menuntut software engineer memiliki literasi etika teknologi yang lebih tinggi. 

5. Rekayasa Perangkat Lunak Berkelanjutan (Sustainable Software Engineering) 

Dalam konteks perubahan iklim dan efisiensi energi, muncul pendekatan baru yaitu Green Software Engineering. Praktik ini menekankan pengembangan perangkat lunak yang efisien secara energi dan ramah lingkungan. Misalnya, memilih algoritma yang hemat energi, meminimalkan konsumsi sumber daya cloud, serta mengoptimalkan pemrosesan data (Cairns et al., 2023). 

Software engineer masa depan akan mempertimbangkan dampak lingkungan dari setiap keputusan teknis yang mereka buat. 

Dalam 10 tahun ke depan, software engineering akan mengalami transformasi besar menuju otomatisasi, kolaborasi lintas disiplin, pendekatan etis, serta keberlanjutan. Peran software engineer akan lebih strategis, tidak hanya sebagai pembuat kode tetapi sebagai pemimpin inovasi teknologi yang bertanggung jawab. Adaptasi terhadap tren ini akan menjadi kunci bagi para profesional dan organisasi untuk tetap relevan dan kompetitif dalam ekosistem digital yang terus berubah. 

Penulis: Kristien Margi Suryaningrum, S.Kom., M.Cs 

Daftar Pustaka 

  1. Zhou, Y., Wang, Q., Liu, J., & Zhang, L. (2023). “AI for Software Engineering: Trends and Future Directions.” IEEE Transactions on Software Engineering, 49(1), 45–60. 
  2. Forsgren, N., Humble, J., & Kim, G. (2021). Accelerate: The Science of Lean Software and DevOps. IT Revolution Press. 
  3. Gartner. (2022). Magic Quadrant for Enterprise Low-Code Application Platforms. Gartner Research. 
  4. NIST. (2022). Secure Software Development Framework (SSDF). National Institute of Standards and Technology. 
  5. Cairns, C., Letier, E., & Müller, H. A. (2023). “Green Software Engineering: Toward Sustainable Digital Infrastructures.” ACM Computing Surveys, 56(2), Article 37.

Link: https://binus.ac.id/bekasi/2025/05/bagaimana-perkembangan-software-engineering-10-tahun-ke-depan